INFO INSA Media Internal Perkumpulan INSA - INSA Apresiasi Pemerintah Atas Kebijakan Insentif - DPP INSA
←
→
Page content transcription
If your browser does not render page correctly, please read the page content below
INFO INSA Media Internal Perkumpulan INSA Antisipasi Dampak Covid-19 INSA Apresiasi Pemerintah Atas Kebijakan Insentif Fiskal EDISI 55/IV/APRIL/2020 www.dppinsa.com dppinsa dpp.insa
JENDELA INFO INSA INDEX 3 INSA Apresiasi Pemerintah Atas Terbitnya PMK No.44 Tahun 2020. INSA Dukung Kebijakan 6 Pemerintah Larang Mudik pada Idul Fitri 1441. Lawan Covid-19, INSA Galang 8 Dana Untuk Pengadaan Alat Pelindung Diri. Bantu Pelayaran, Hubla 11 Relaksasi Masa Berlaku Statutory Kapal Indonesia INSA Bahu Membahu Lawan Dampak Wabah Covid-19 REDAKSI JAKARTA— Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Gehebreyesus me-release sekaligus mengingatkan kembali bahwa perkembangan pandemik Covid-19 di seluruh dunia PENANGGUNG JAWAB saat ini masih jauh dari kata berakhir. Dewan Pengurus Harian Bahkan dia menyerukan agar warga dunia bersatu untuk membentuk Indonesian National Shipowners’ Association solidaritas global sebagai upaya mencegah gelombang dua pandemik (DPH INSA) Covid-19. Sebab, virus ini tidak akan bisa dikalahkan jika kita tidak bersatu. “Solidaritas, solidaritas, solidaritas. Kami akan mengatakan itu setiap hari," ujarnya. PENERBIT Seruan WHO tersebut seakan memberikan sinyal bahwa semua pihak harus siap terhadap kemungkinan Covid-19 akan memberikan dampak yang relatif Panjang terhadap kelangsungan usaha, tidak terkecuali usaha angkutan laut nasional. Kegiatan operasional kapal saat ini banyak hambatan akibat sejumlah daerah bahkan negara melakukan perubahan kebijakan. Belum lagi biaya operasional, juga meningkat secara signifikan. Padahal saat ini, ALAMAT permintaan pengiriman barang melalui kapal diperkirakan turun hingga 70%. Wisma BSG Lantai 3A #M 04 - 05 Jl. Abdul Muis No.40 Jakarta Pusat -10160 Buletin INSA Edisi 55 Bulan April 2020 ini menyajikan laporan tentang Jakarta, Indonesia berbagai upaya INSA dalam membantu anggotanya untuk menghadapi dampak wabah Covid-19 dan yang terpenting adalah mengapresiasi Pemerintah atas insentif fiskal yang diberikan kepada Phone: +62 21 3514348 industri angkutan laut. Fax: +62 21 3514347 Email: sekretariat@dppinsa.com Selain itu, INSA mengajak anggotanya agar proaktif terhadap penyebaran wabah Covid-19 di seluruh Indonesia serta menggalang Buletin Ini dapat diakses melalui solidaritas untuk pengadaan APD (Alat Pelindung Diri) yang nantinya website DPP INSA. akan diserahkan kepada Rumah Sakit guna menghadapi Covid-19. Sebab, INSA yakin dan percaya, hanya dengan cara bekerja sama dan bahu-membahu antarsektor, kelangsungan usaha sektor ekonomi akan dapat bertahan. (*) www.dppinsa.com dppinsa dpp.insa 2 Indonesian National Shipowners’ Association
UTAMA INFO INSA INSA Apresiasi Pemerintah Atas Terbitnya PMK No.44 Tahun 2020 JAKARTA—Indonesian National Sementara itu, insentif Pembebasan PPh Permohonan Pemberian Insentif Bebas Shipowners’ Association (INSA) pasal 22 Impor dan Pengembalian Pajak PPh Pasal 21 bagi Pelaut mengapresiasi Pemerintah yang telah Pendahuluan Kelebihan Pembayaran PPN Indonesia untuk Cegah Dampak Covid 19 memperluas sektor usaha yang diberikan kepada 431 perusahaan, yang intinya meminta Pemerintah untuk memperoleh insentif PPh pasal 21 termasuk industri kapal. Sedangkan memberikan insentif Bebas Pajak PPh Ditanggung Pemerintah, Pembebasan PPh fasilitas penguranan angsuran PPh pasal Pasal 21 bagi Pelaut Indonesia yang pasal 22 Impor dan Pengembalian 25 diberikan kepada 846 perusahaan, bekerja pada perusahaan angkutan laut. Pendahuluan Kelebihan Pembayaran PPN termasuk berbagai jasa angkutan laut. dan fasilitas pengurangan angsuran PPh Sebelumnya dalam PMK Nomor pasal 25 sehingga sektor jasa angkutan Ketua Umum INSA Sugiman Layanto 23/PMK.03/2020 tentang Insentif Pajak laut termasuk yang memperoleh insentif mengatakan ketiga insentif tersebut (PPh untuk Wajib Pajak Terdampak Covid-19 tersebut. pasal 21 Ditanggung Pemerintah, sudah ada ketentuan relaksasi pajak Pembebasan PPh pasal 22 Impor dan kepada 19 sektor manufaktur atau Perluasan sektor usaha yang Pengembalian Pendahuluan Kelebihan pengolahan yang dianggap paling mendapatkan insentif tersebut telah Pembayaran PPN dan fasilitas terdampak Covid-19. ditetapkan melalui Peraturan Menteri pengurangan angsuran PPh pasal 25) Keuangan (PMK) Nomor 44/PMK.03/2020 akan membantu sektor usaha angkutan Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan yang mulai berlaku pada tanggal 27 April laut untuk menghadapi dampak wabah deployment system aplikasi online terkait 2020. Covid-19. sektor penerima insentif tersebut, sehingga dapat diakses oleh wajib pajak Insentif tersebut diberikan Pemerintah “Kami sampaikan terima kasih kepada untuk menyampaikan pemberitahuan dalam rangka mengurangi beban ekonomi Pemerintah yang telah merespon usulan atau memperoleh surat keterangan yang para wajib pajak akibat wabah Covid-19 INSA agar sektor angkutan laut diperlukan sebagai syarat untuk dan berlaku pada masa pajak bulan April memperoleh insentif,” katanya. mendapatkan insentif pajak tersebut, 2020 sampai dengan bulan September mulai pada tanggal 2 Mei 2020 ini. 2020. Menurut dia, insentif itu sesuai dengan surat INSA No. DPP-SRT-IV/20/012 Sebagai informasi, pemenuhan Insentif PPh pasal 21 Ditanggung tertanggal 01 April 2020 perihal Mohon persyaratan insentif pajak secara online Pemerintah diberikan kepada karyawan Berikan Insentif Fiskal bagi Usaha dilakukan dengan login pada yang bekerja pada 1.062 perusahaan, Angkutan Laut Sesuai dengan Permenkeu www.pajak.go.id dan menyampaikan termasuk perusahaan angkutan laut. No.23/PMK.03 tahun 2020 yang ditujukan pemberitahuan atau pengajuan surat "Insentif itu untuk karyawan yang kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani keterangan yang tersedia pada berpenghasilan Rp 200 juta per tahun,“ Indrawati dan Surat INSA No. DPP-SRT- menu Layanan – Info KSWP – Profil tulis Release Ditjen Pajak. IV/20/021 tertanggal 09 April 2020 perihal Pemenuhan Kewajiban Saya. (*) 3 Indonesian National Shipowners’ Association
UTAMA INFO INSA INSA Tunggu Relaksasi Pelabuhan dan Jasa Klasifikasi (Discount Tarif) JAKARTA—Wabah Covid-19 telah Hulu Energi perihal Permohonan menekan ekonomi global, tidak terkecuali Menunda Permintaan Negosiasi Harga Indonesia, khususnya sektor angkutan Sewa Kapal oleh anak usaha PT laut. Oleh karena itu, INSA mengharapkan Pertamina Hulu Energi (PHE). relaksasi kebijakan, termasuk relaksasi kebijakan jasa kepelabuhan dan klasifikasi Melalui surat tersebut, INSA meminta guna menghadapi dampak Covid-19. kepada PHE selaku salah satu Kontraktortor Kontrak Kerja Sama (K3S) Insentif Moneter untuk menunda proses negosiasi yang diminta oleh anak usaha PT PHE dan/atau Menurut INSA, jika kondisi abnormal saat mengevaluasinya sehingga tidak ini dibiarkan, maka kemampuan memperburuk kondisi atau jalinan kerja perusahaan pelayaran nasional untuk sama. membayar kewajibannya kepada perbankan akan menurun sehingga Relaksasi Jasa Kepelabuhanan potensi terjadinya peningkatan kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) Melalui surat bernomor DPP-SRT- menjadi sangat tinggi. IV/20/026 tertanggal 14 April 2020 perihal Permohonan Penurunan Tarif Pelabuhan Melalui surat bernomor DPP-SRT- dalam Rangka Dukung Program Peme- III/20/011 tertanggal 24 Maret 2020 perihal rintah Antisipasi Dampa Wabah Covid-19 Permohonan Dukungan Melawan Wabah yang ditujukan kepada Direktur Utama PT COVID-19 dari Usaha Sektor Angkutan Pelindo I (Persero), PT Pelindo II (Persero), Laut yang ditujukan kepada Menteri PT Pelindo IIII (Persero) dan PT Pelindo IV Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Ketua (Persero), INSA meminta kepada BUMN Dewan Komisioner Otoritas Jasa tersebut untuk menurunkan tarif-tarif Keuangan (OJK) Wimboh Santoso, INSA kepelabuhanan sebesar 30% dengan jenis meminta Pemerintah untuk memberikan dan golongan tarif sebagaimana diatur Pemerintah untuk memperlonggar stimulus moneter berupa: berdasarkan Peraturan Menteri kebijakannya dalam hal pelaksanaan Perhubungan No. 17 tahun 2017 tentang survey kapal berbendera Indonesia yang • Penghapusan pembayaran bunga bank Jenis, Struktur, Golongan dan Mekanisme berada di luar negeri dengan melimpahkan bagi perusahaan pelayaran selama Penetapan Tarif Jasa Kepelabuhanan. kewenangan survey kepada badan enam bulan. klasifikasi anggota IACS (International Adapun golongan tarif yang diminta Association of Classification Societies) • Penundaan pembayaran kewajiban diturunkan adalah tarif jasa kapal yang yang diakui pemerintah. perusahaan pelayaran terhadap meliputi tarif jasa labuh, tarif pelayanan jasa perbankan selama enam bulan. pemanduan, tarif pelayanan jasa Dasar pertimbangannya adalah saat ini penundaan, tarif pelayanan jasa tambat, setiap negara yang terkena dampak tarif pelayanan jasa penggunaan alur- Covid-19 telah memperketat setiap orang Kebijaksanaan SKK Migas pelayaran dan tarif pelayanan jasa kepil luar yang akan memasuki negaranya, (mooring services). tidak terkecuali WNI yang memasuki Melalui surat bernomor DPP-SRT- negara yang dilanda Covid-19 diharuskan IV/20/020 tertanggal 10 April 2020 perihal Begitu juga penurunan pada tarif jasa melaksanakan karantina selama 14 hari Bantuan Untuk Mendukung Usaha barang yang mencakup tarif jasa barang di negara tujuan tersebut. Pelayaran Nasional Bertahan dari Dampak umum di terminal serbaguna (multi purpose Covid-19 yang ditujukan kepada Kepala terminal), tarif pelayanan jasa peti kemas di Selain itu, INSA juga meminta PT Biro SKKMigas (Satuan Kerja Khusus terminal peti kemas, tarif pelayanan jasa Klasifikasi Indonesia untuk menurunkan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak Barang curah cair/gas di terminal curah tarif klasifikasi kapal sebesar 30% dari dan Gas Bumi), INSA meminta cair/gas, tarif pelayanan jasa curah kering tarif normal. Biaya-biaya tersebut kebijaksanaan SKK Migas dengan semua di terminal curah kering, tarif pelayanan mencakup biaya statutory kapal K3S (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) jasa kendaraan di Terminal kendaraan (car berbendera Indonesia, baik kapal di dalam untuk dapat membantu usaha pelayaran terminal), tarif pelayanan jasa bongkar maupun luar negeri, menurunkan biaya agar dapat survive karena industri lepas muat barang di terminal terapung, tarif transportasi surveyor dari dan ke kapal, pantai tetap membutuhkan kegiatan pelayanan jasa peti kemas di Terminal membuat term pembayaran yang lebih angkutan laut sebagai pendukung logistik daratan (dry port), tarif pelayanan bongkar friendly dan sesuai dengan situasi dalam kegiatan offshore Indonesia. muat kendaraan dan barang secara Ro-Ro pandemi Covid-19. (Roll On-Roll Off) di terminal Ro-Ro. Sebelum menyampaikan surat kepada INSA yakin dan percaya, seluruh relaksasi Kepala SKK Migas, INSA Relaksasi Jasa Klasifikasi. kebijakan tersebut akan mendukung menyampaikan suratnya No. DPP-SRT- perusahaan angkutan laut nasional untuk IV/20/015 tertanggal 05 April 2020 Sedangkan berkaitan dengan jasa mempertahankan kelangsungan usahanya kepada Pj.Direktur Utama PT Pertamina. klasifikasi kapal, INSA meminta di tengah wabah Covid-19. (*) 4 Indonesian National Shipowners’ Association
UTAMA INFO INSA INSA Ajak Anggotanya Untuk Proaktif Mencegah Penyebaran Wabah Covid-19 JAKARTA—Pada 14 April 2020, INSA menerbitkan surat kepada anggota untuk merespon berlakunya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 serta Peraturan Gubemur DKI Jakarta No. 33 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB dalam rangka menanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Provinsi DKI Jakarta. Di dalam surat bernomor DPP -SRT- IV/20/025 tertanggal 14 April 2020 perihal Pengecualian Peliburan Tempat kerja dan Pencegahan Penyebaran Covid-19, INSA mengatakan bahwa mengacu pada peraturan tersebut, terdapat pengecualian peliburan tempat kerja yaitu terkait bidang pertahanan dan Keamanan, ketertiban umum, kebutuhan pangan, bahan bakar minyak dan gas, Kesehatan, perekonomian, keuangan, komunikasi, industri, distribusi, logistik dan kebutuhan dasar lainnya. Menurut INSA, perusahaan pelayaran anggota INSA merupakan bagian dan bidang distribusi dan logistik untuk menunjang angkutan bahan kebutuhan pokok/pangan, penunjang bidang komoditas energi, penunjang bidang lepas pantai (offshore), angkutan bahan bakar minyak dan gas, penunjang angkutan penumpang/barang lainnya INSA juga meminta anggota INSA untuk dengan sabun atau penggunaan sehingga termasuk bidang yang menerapkan protokol pencegahan hand sanitizer; dikecualikan dalam peraturan tersebut. penyebaran COVID-19 di tempat kerja 7. Mewajibkan penggunaan masker dengan cara: sejak meninggalkan rumah hingga Meski demikian, untuk mencegah Covid- kembali ke rumah: 19, INSA mengimbau anggotanya untuk 1. Memastikan tempat kerja selalu dalam 8. Memastikan dilakukannya physical memperhatikan kewajibannya dengan keadaan bersih dan higienis, distancing paling sedikit dalam tetap melakukan pembatasan interaksi 2. Memiliki kerjasama operasional rentang 1 (satu) meter; dalam aktivitas kerja seperti bekerja perlindungan kesehatan dan pencegahan 9. Mengimbau seluruh karyawan dan dengan jumlah minimum karyawan, COVID- 19 dengan fasilitasi pelayanan personel bersangkutan mengenai terutama pembatasan melakukan kesehatan terdekat untuk tindakan upaya-upaya pencegahan COVID- kegiatan di tempat kerja bagi karyawan darurat; 19 di wilayah tempat kerja yang mempunyai penyakit bawaan 3. Menyediakan vitamin dan nutrisi dan/atau kondisi yang dapat berakibat tambahan untuk meningkatkan imunitas Sementara itu, dalam hal ditemukan fatal apabila karyawan tersebut terpapar pekerja yang tetap bekerja, karyawan perusahaan anggota INSA Corona Virus Disease (COVID-19), antara 4. Melakukan disinfeksi berkala pada lantai, berstatus sebagai Pasien Dalam lain karyawan dengan riwayat Kesehatan: dinding dan perangkat yang ada pada Pengawasan (PDP), perusahaan wajib bangunan tempat kerja, menghentikan aktivitas kerja minimal 14 - Penderita tekanan darah tinggi 5. Melakukan deteksi dan pemantauan (empat belas) hari kerja atau hingga - Pengidap penyakit jantung suhu tubuh personil yang memasuki evakuasi dan penyemprotan disinfektan - Pengidap diabetes Penderita penyakit wilayah tempat kerja agar tidak melebihi di seluruh tempat, fasilitas dan peralatan paru-paru batas suhu normal tubuh, kerja, hingga pemeriksaan kesehatan - Penderita kanker 6. Menyediakan fasilitas cuci tangan yang dan isolasi tenaga kerja yang pernah - Ibu Hamil memadai dan mudah untuk diakses serta kontak fisik dengan PDP tersebut selesai - Usia lebih dan 60 (enam puluh) tahun membudayakan kegiatan cuci tangan dilakukan. (*) 5 Indonesian National Shipowners’ Association
UTAMA INFO INSA INSA Dukung Kebijakan Pemerintah Larang Mudik pada Idul Fitri 1441 JAKARTA—Terhitung mulai hari ini, Jumat (24/4/2020) “Larangan Mudik tahun 2020 untuk transportasi laut berlaku pukul 00.00 WIB, pemerintah memutuskan melarang untuk semua kapal penumpang mulai tanggal 24 April 2020 kegiatan mudik pada perayaan Idul Fitri 1441 Hijriah tahun sampai dengan 31 Mei 2020,” ujar Direktur Lalu Lintas dan 2020. Angkutan Laut, Capt. Wisnu Handoko. Dasar hukum terkait keputusan itu pun sudah terbit, yaitu Larangan penggunaan sarana transportasi laut termasuk Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020 pengoperasian kapal penumpang yang melayani tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul untuk pelayaran mudik dalam satu wilayah Fitri Tahun 1441 Hijriah dalam Rangka propinsi/kabupaten/kecamatan dimana Pemerintah Daerah Pencegahan Penyebaran COVID-19. menerapkan PSBB, dan atau pelayaran antar propinsi/ kabupaten/kecamatan dimana Aturan tersebut ditandatangani oleh Menteri Perhubungan Ad Interim Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan pada Kamis (23/4/2020). "Peraturan Menteri ini berlaku mulai Jangan salah satu Pemerintah Daerah Pelabuhan asal/singgah/ tujuan menerapkan PSBB. INSA sangat mendukung kebijakan Pemerintah guna Mudik!! pada tanggal diundangkan," mencegah wabah Covid-19 demikian bunyi Pasal 28 semakin menyebar. Ketua Umum aturan tersebut. INSA Sugiman Layanto mengatakan larangan mudik Juru Bicara Kementerian itu penting dilakukan guna Perhubungan Adita Irawati menghambat penyebaran menyatakan Permenhub itu Covid-19. “Kami mendukung diterbitkan dalam rangka kebijakan tersebut,” katanya. pencegahan penyebaran virus corona atau Covid-19 INSA telah menyampaikan di Indonesia, utamanya kebijakan larangan mudik ini untuk menindaklanjuti kepada seluruh anggota INSA perintah Presiden Jokowi di Indonesia dan mengajak mengenai larangan anggota INSA untuk mudik. mematuhinya. “Kita akan ikuti keputusan Pemerintah Dia menjelaskan Yang melarang mudik pengaturan larangan Pada angkutan Lebaran mudik tersebut berupa tahun ini,” katanya. larangan sementara penggunaan sarana Sementara itu, transportasi untuk kegiatan PT Pelayaran Nasional mudik pada masa angkutan Indonesia (Persero) atau Pelni lebaran 2020 yang berlaku meniadakan angkutan penumpang untuk transportasi darat, laut, sejak 24 April hingga 8 Juni. udara dan perkeretaapian, Perusahaan sudah tidak menjual khususnya untuk kendaraan tiket kepada calon penumpang pribadi maupun kendaraan umum mulai Jumat (24/4/2020). yang membawa penumpang. PT Pelni tengah berkoordinasi Dia menambahkan, larangan penggunaan dengan Kementerian Perhubungan transportasi berlaku untuk kendaraan yang untuk mengatur trayek kapal supaya dapat keluar masuk di wilayah-wilayah seperti wilayah berjalan secara maksimal. Pada saat yang bersamaan, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), wilayah zona PT Pelni juga menyiapkan seluruh kapal penumpangnya merah penyebaran Covid-19, dan di wilayah aglomerasi untuk melayani kegiatan angkutan logistik. yang telah ditetapkan PSBB, seperti misalnya Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi atau Jabodetabek. Saat ini sekitar 50 persen kapal angkutan penumpang milik PT Pelni memiliki ruang untuk mengangkut kontainer dan Di sub sektor Transportasi Laut, Permenhub 25 tahun 2020 kendaraan. Manajemen PT Pelni akan memaksimalkan mengatur larangan penggunaan sarana transportasi laut ruang-ruang tersebut agar pemenuhan kebutuhan logistik untuk kegiatan mudik pada masa angkutan lebaran tahun dapat terjaga, khususnya di wilayah Indonesia bagian timur 2020. (KTI). (*) 6 Indonesian National Shipowners’ Association
UTAMA INFO INSA Sukseskan Permendag No.40 tahun 2020, INSA Minta Perbaikan Kebijakan Pajak JAKARTA— Pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan PASAL-PASAL PENTING PERMENDAG NO.40 TAHUN 2020 (Permendag) No. 40 Tahun 2020 tentang Ketentuan Penggunaan Angkutan Laut Pasal 1 ayat 5: Angkutan laut nasional adalah angkutan laut yang dimiliki atau disewa oleh Nasional dan Asuransi Nasional untuk perusahaan angkutan laut nasional dalam bentuk bare boat, time charter, voyage charter, contract of affreightment atau kontrak sewa kapal lainnya. Ekspor dan Impor Barang Tertentu tertanggal 1 April 2020. Pasal 2 ayat 1: Eksportir yang mengekspor batu bara dan/atau CPO wajib menggunakan angkutan laut nasional dan asuransi nasional. Permendag tersebut menggantikan Permendag No. 82 Tahun 2017 yang Pasal 2 ayat 2: Importir yang mengimpor beras dan/atau barang untuk pengadaan barang telah beberapa kali diubah yakni dengan pemerintah wajib menggunakan angkutan laut nasional dan asuransi nasional. Permendag No.48 tahun 2018 dan Permendag No.80 tahun 2019. Pasal 3 ayat 1: Kewajiban penggunaan angkutan laut nasional sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 1 berlaku untuk eksportir yang mengekspor batu bara dan/atau CPO menggunakan angkutan laut dengan kapasitas angkut sampai dengan 15.000 deadweight tonnage. Menurut INSA, jika aturan itu dijalankan sejak 2018, dampak ekonominya sangat Pasal 3 ayat 2: Kewajiban penggunaan angkutan laut nasional sebagaimana dimaksud pada besar. Sebagai gambaran, dengan pasal 2 ayat 2 berlaku untuk importir yang mengimpor beras batu bara dan/atau barang untuk ekspor batu bara sebesar 371 juta ton pengadaan pemerintah menggunakan angkutan laut dengan kapasitas angkut sampai dengan pada 2018 dan rata-rata freight US$10 15.000 deadweight tonnage. dollar per ton, potensi devisa negara mencapai US$3,7 miliar dengan potensi Pasal 4 ayat 1: Angkutan laut nasional sebagaimana dimaksud pasal 3 diselenggarakan oleh perusahaan angkutan laut nasional penerimaan pajak US$150 juta. Sejak awal, Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) tidak Meskipun demikian, INSA menilai masih sulit 2,64% tanpa adanya kewajiban memiliki mempersoalkan Permendag No. 82 bagi perusahaan angkutan laut nasional untuk BUT (Badan Usaha Tetap). tahun 2017 bahkan mendorong dapat bersaing dengan angkutan laut yang Pemerintah untuk menerapkannya diselenggarakan oleh perusahaan asing. Hal Hanya saja, sejak diusulkan oleh INSA pada secara konsekuen. Apalagi ini bagian ini dikarenakan beban pajak yang ditanggung saat Permendag No.80 tahun 2017 baru dari Paket Kebijakan Ekonomi ke-15. perusahaan angkutan laut nasional yang jauh terbit hingga adanya Permendag No.40 lebih tinggi dibandingkan asing. tahun 2020 yang merupakan Permendag Kini, INSA juga mendukung Permendag pengganti, Pemerintah belum siap No. 40 tahun 2020 diberlakukan mulai 1 Sebab, selama ini, perusahaan angkutan laut mengubah kebijakan perpajakan terhadap Mei 2020. Sejumlah pasal harus menjadi asing tidak dibebani PPN atau PPh usaha angkutan ekspor dan impor Indonesia. perhatian. Pertama, kegiatan angkutan dikarenakan transaksi logistik dilakukan di laut ekspor atas komoditas batu bara dan luar negeri. Sedangkan angkutan laut Himbauan crude palm oil (CPO) serta impor beras nasional yang melaksanakan kegiatan atau barang pengadaan pemerintah wajib angkutan laut ekspor dibebani PPN dan PPh. Sementara itu, INSA mengimbau Pemerintah menggunakan angkutan laut nasional agar memperbaiki website inatrade mulai 1 Mei 2020 dengan kapasitas Menurut INSA, PPN atas jasa angkutan laut disesuaikan dengan Permendag No.40 tahun angkut maksimum 15.000 Dead Weight luar negeri Indonesia seyogyanya 2020. Sebab, sampai akhir April, mekanisme Tonnage (DWT) sesuai pasal 3. memperoleh fasilitas bebas sebagaimana untuk mendaftarkan kapal asing yang akan diatur berdasarkan PMK No.32 tahun 2019. digunakan untuk mengangkut CPO sesuai Kedua, angkutan laut nasional yang Namun, PMK tersebut memberikan dua Permendag No.40 tahun 2020 di inatrade dimaksud di dalam Permendag itu adalah syarat formal bukti adanya perjanjian tertulis belum ada menunya. angkutan laut yang dimiliki atau disewa dan pembayaran yang sah dari penerima oleh perusahaan angkutan laut nasional ekspor kepada pelaku ekspor. Permendag No.40 tahun 2020 tersebut dalam bentuk bare boat, time charter, efektif berlaku mulai 1 Mei 2020. Akan tetapi voyage charter, contract of affreightment Kedua syarat formal itu sulit dipenuhi menu pendaftaran kapal untuk kegiatan atau kontrak sewa kapal lainnya dan perusahaan angkutan laut karena hal itu angkutan ekspor batubara dan CPO pada diselenggarakan oleh perusahaan adalah domain pemilik barang sehingga INSA website inatrade belum tersedia sehingga angkutan laut nasional sesuai pasal 1. mengusulkan agar PMK tersebut direvisi dikuatirkan akan menimbulkan gangguan dimana terhadap perusahaan angkutan laut ekspor. Ketiga, angkutan laut nasional tersebut yang melaksanakan angkutan ekspor, diselenggarakan oleh perusahaan memperoleh fasilitas bebas PPN tanpa Untuk mengantisipasinya, INSA angkutan laut nasional sesuai pasal 4. adanya kedua syarat formal tersebut. mengharapkan agar menu pendaftaran kapal segera dimasukkan ke dalam inatrade. INSA optimistis dapat menyediakan kapal Di sisi lain, agar lebih kompetitif, INSA Karena jika belum ada pada saat Permendag yang dibutuhkan untuk memperlancar mengusulkan agar PPh atas jasa sewa kapal diberlakukan, penyediaan kapal yang arus ekspor batubara, CPO maupun asing diubah dari PPh 26 dengan rentang mengangkut CPO dan batubara ke luar impor beras. 0%, atau 20% menjadi PPh 15 sebesar negeri, akan mengalami kendala. (*) 7 Indonesian National Shipowners’ Association
INFORMASI INFO INSA Lawan Covid-19, INSA Galang Dana Untuk Pengadaan Alat Pelindung Diri JAKARTA—Untuk mendukung Gerakan Melawan Covid-19 di Indonesia, SUKA RELA WAG TWC INSA, RAVINO, PAN UNION Shipping & Pengurus DPP INSA (Indonesian National Shipowners’ Association) bergandengan tangan untuk menggalang dana kemanusiaan yang nantinya untuk mendukung pengadaan APD (Alat Pelindung Diri). APB tersebut nantinya akan diserahkan kepada para pekerja medis yang bekerja di sejumlah Rumah Sakit di Indonesia untuk dimanfaatkan dalam rangka Di sisi lain, jajaran Pengurus INSA Menurut dia, untuk mencegah merawat penderita wabah Covid 19. (Indonesian National Shipowners’ penyebaran wabah Covid-19 melalui Association) Cabang Belitung pelabuhan laut, semua pihak harus bisa Sejauh ini sudah tekumpul dana sebesar menyerahkan 6 (enam) bilik chamber bekerja sama, baik pemilik kapal, Rp 467.500.019 dan Sing Dollar 5.100 ke Kesyahbandaraan dan Otoritas pengguna jasa pelabuhan, kru kapal, dan US Dollar 3.500. Sumbangan Pelabuhan (KSOP) Tanjung Pandan, regulator di darat, operator pelabuhan tersebut terhimpun dari donatur Bangka Belitung. bahkan masyarakat yang berada di perorangan dan sejumlah sekitar pelabuhan. badan/perusahaan di dalam negeri Keenam bilik tersebut disumbangkan maupun luar negeri. INSA untuk membantu KSOP dalam Dia mengharapkan 6 (enam) bilik “Kami sangat mengapresiasi dan mencegah penyebaran wabah Covid- chamber tersebut dimanfaatkan untuk berterima kasih atas kontribusi rekan- 19 di daerah tersebut. “Ini bentuk memberikan rasa nyaman kepada rekan anggota dan pengurus INSA, Suka dukungan kami kepada Pemerintah pekerja dan pengguna jasa Pelabuhan Rela WAG TWC INSA, Ravino dan PAN untuk mencegah wabah Covid-19,” kata sehingga kegiatan kepelabuhanan dapat Union Shipping,” kata Siana A. Surya, Ketua DPC INSA Belitung Irwan berjalan lancar dalam mendukung Bendahara Umum INSA. Santoso. kegiatan logistik melalui laut. (*)
INFORMASI INFO INSA INSA Terbitkan Surat ke Anggota Terkait Adanya Kebijakan Negosiasi Tarif Sewa JAKARTA—Guna merespon keluhan 2015-2017 dan memahami masih banyak evaluasi kembali atas proses negosiasi anggota INSA sehubungan dengan yang mengalami kesulitan operasional. yang hendak dilakukan. adanya permintaan negosiasi tarif sewa kapal, khususnya kapal offshore, INSA Selain itu, pelemahan Rupiah terhadap USD Kedua meminta kepada para anggota menerbitkan surat kepada anggota dari Rp13.000-an per USD hingga INSA untuk menghitung kembali dengan No.DPP-SRT-IV/20/014 tertanggal 3 April mendekati Rp16.000 per USD saat ini dapat cermat atas biaya-biaya operasional 2020 perihal Kebijakan Terkait Negosiasi memperburuk usaha para anggota dengan perusahaan guna memastikan bahwa Tarif Sewa Kapal. pinjaman (Loan) dalam bentuk USD serta harga sewa yang diberikan kepada pembelian sparepart dari manufacturer pelanggan dapat mempertahankan Surat itu diterbitkan setelah mencermati berbentuk USD, sehingga akan keberlangsungan operasi perusahaan apa yang terjadi pada tahun 2015 meningkatkan komponen biaya operasional. dengan tetap menjaga standar kemanan dimana harga minyak dunia turun ke dan keselamatan (safety) yang berlaku. level USD 28/barrel yang diikuti Kemudian INSA juga memahami adanya banyaknya terminasi dan negosiasi ulang kenaikan biaya operasional perusahaan Ketiga mengharapkan seluruh anggota untuk menurunkan harga sewa kapal karena kenaikan harga barang-barang dan INSA, khususnya bidang offshore dapat hingga 70% dan harga ini berlangsung logistik, dengan tetap harus berkoordinasi kepada DPP INSA secara hingga sekarang karena tidak terjadi mempertahankan tingkat keamanan dan bersama-sama untuk menyelesaikan kenaikan harga sewa kapal disaat harga keselamatan (safety) yang tinggi yang masalah ini guna menjaga persaingan yang minyak dunia kembali membaik menjadi diperbutuk dengan dampak wabah Covid-19. sehat dan kelangsungan usaha serta USD 45 per barrel di tahun 2016, USD kondusifitas industri pelayaran. 50 per barrel di tahun 2017, dan USD 64 Terhadap persoalan-persoalan tersebut, per barrel di tahun 2018-2019. INSA menyampaikan kepada anggota INSA: Keempat, DPP INSA akan selalu menginformasikan kembali apabila ada INSA juga mencermati hampir seluruh Pertama, INSA telah menyurati PT perkembangan terbaru (update) terkait anggota INSA telah melakukan Pertamina Hulu Energi dan pihak terkait dengan isu-isu negosiasi tarif sewa kapal di restrukturisasi atas pinjaman periode lainnya untuk meminta penundaan dan Indonesia. (*) SELAMAT ULANG TAHUN KEPADA PENGURUS DPP INSA YANG MERAYAKANNYA PADA BULAN APRIL 2020 • Loren Situmorang Ketua Bidang Perintis 05 April • Donny Indrasworo Wakil Sekretaris Umum 11 April • Kahar Chua Ketua Bidang Tug & Barge 14 April • Yandi Tjendana Anggota Bidang Hukum & Advokasi 16 April • Jaya Angdika Anggota Bidang Floating Crane 18 April • Joko Adiatmo Ketua Bidang Pajak, Asuransi, Bea Cukai 18 April • Nely Layanto Wakil Bendahara Umum 21 April • Arief Dermawan Wakil Ketua Bidang Pajak, Asuransi, Bea Cukai 24 April • Stefano Katianda Wakil Ketua Bidang Floating Crane 25 April • Eldwen Laurenzi Anggota Bidang Organisasi & Anggota 28 April www.dppinsa.com dppinsa dpp.insa
GALERI INFO INSA ZOOM MEETING—Ketua Umum INSA Sugiman Layanto dan Wakil Ketua Umum INSA Djoni Sutji mengikuti Annual General Meeting (AGM) yang ke-45 Federation of ASEAN Shipowners’ Association (FASA) yang dilaksanakan tanggal 24 April 2020 jam 10.00 melalui jaringan Zoom Us. ZOOM MEETING—Ketua Umum INSA Sugiman Layanto dan Wakil Ketua Umum INSA Djoni Sutji mengikuti The 25th Interim Meeting of the ASA (Asian Shipowners’ Association), Ship Insurance and Liability Committee yang dilaksanakan Selasa, 22 April 2020 jam 13.00 melalui jaringan Zoom Us. www.dppinsa.com dppinsa dpp.insa
INFORMASI INFO INSA Bantu Pelayaran, Hubla Relaksasi Masa Berlaku Statutory Kapal Indonesia JAKARTA—Direktorat Jenderal berupa surat pernyataan dari galangan Surat edaran tersebut juga mengatur untuk Perhubungan Laut mengeluarkan Surat atau dokumen dari Syahbandar setempat sertifikat statutory yang jatuh tempo Edaran Direktur Jenderal Perhubungan yang menyatakan lokasi kapal berada di maksimum time window dan untuk Laut Nomor SE.16 Tahun 2020 tentang Negara atau daerah terdampak Covid-19 sertifikat/dokumen Re-Inspection Perpanjangan Masa Berlaku/Pengukuhan sehingga tidak dapat diakses,” tuturnya. LSA dan Re-Inspection FFA Kapal Sertifikat Statutori/Re-Inspection Life Berbendera Indonesia yang diterbitkan Saving Appliance (LSA) serta Re-Inspec- Pemanfaatan teknologi informasi dan oleh Badan Usaha tidak lebih dari tiga tion Fire Fighting Appliance (FFA) Bagi komunikasi sangat diperlukan. Dispensasi, bulan. Kapal Berbendera Indonesia Akibat Status perpanjangan ataupun pengukuhan Keadaan Darurat Bencana Covid-19. Sertifikat Statutori dimana Pejabat Pengaturan kegiatan dan layanan Pemeriksa Keselamatan Kapal Sertifikasi Kapal Berbendera Indonesia Direktur Perkapalan dan Kepelautan Capt. (PPKK)/Marine Inspector/Recognize tersebut dilaksanakan oleh UPT yang Sudiono menjelaskan pengaturan kegiatan Organization (RO) tidak dapat melak- menjalankan tugas dan fungsi dan layanan Sertifikasi Kapal Berbendera sanakan pemeriksaan dikarenakan kapal kesyahbandaran, RO yang melaksanakan Indonesia dalam surat edaran tersebut berada di Negara atau daerah terdampak kegiatan survey dan sertifikat statutory dan mencakup beberapa hal, diantaranya Covid-19, maka pemilik kapal/perusahaan/ Badan Usaha yang melaksanakan survey kegiatan survey dan sertifikasi statutori, ship management wajib melampirkan Re-Inspection LSA serta Re-Inspection perpanjangan sertifikasi statutori, dan dokumen kepada Unit Pelaksana Teknis FFA Kapal Berbendera Indonesia. penundaan inspeksi dasar kapal. (UPT) atau RO yang disampaikan melalui media teknologi informasi dan komunikasi Kendati begitu, pengaturan kegiatan dan Juga diatur penundaan inspeksi dasar yang tersedia. layanan Sertifikasi Kapal Berbendera kapal, penundaan survey pembaharuan/ Indonesia tidak berlaku terhadap special survey/survey tahunan/audit Dokumen Penerbitan sertifikat/dokumen dana pembaharuan/audit antara, kegiatan Re- jaminan ganti rugi pencemaran minyak Inspection LSA, dan kegiatan Re- Dia menambahkan sejumlah dokumen secara curah/dana jaminan ganti rugi Inspection FFA. yang wajib dilampirkan antara lain data pencemaran minyak bahan bakar kapal kapal, alasan spesifik keperluan (CLC/CLC Bunker), dan penerbitan “Berkenaan dengan pengaturan kegiatan perpanjangan/ dispensasi/pengukuhan, sertifikat/dokumen dana jaminan ganti rugi dan layanan Sertifikasi Kapal Berbendera daftar lima pelabuhan terakhir yang penyingkiran kerangka kapal atau wreck Indonesia akan dilakukan beberapa disinggahi, dan surat pernyataan dari removal. (*) penyesuaian layanan, salah satunya untuk Nakhoda yang menyatakan kapal dalam Sertifikasi Statutori yang habis masa kondisi baik untuk berlayar ke pelabuhan berlakunya sebelum tanggal 29 Mei 2020, berikutnya. dapat diberikan perpanjangan (postponement of bottom inspection) tidak lebih tiga bulan dari berakhirnya masa berlaku sertifikat dengan persetujuan dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut Cq Direktur Perkapalan dan Kepelautan,” ujar Capt. Sudiono seperti ditulis www.beritakapal.com. Sedangkan untuk Sertifikat Statutori yang jatuh tempo maksimum time window, imbuhnya, dapat dilakukan pengukuhan atau endorsement sertifikat pada survey/audit tahunan (annual survey) termasuk survey/audit antara sebelum tanggal 29 Mei 2020 dapat diberikan perpanjangan tidak lebih dari tiga bulan dari jangka waktu maksimal pengukuhan dengan persetujuan dari Direktur Jenderal Perhubungan Laut Cq Direktur Perkapalan dan Kepelautan. “Perpanjangan atau pengukuhan untuk kegiatan intermediate survey, renewal special survey dan perpanjangan karena sertifikat statutori berakhir dapat dilaksanaan sepanjang kondisi galangan tidak dapat melaksanakan docking disebabkan status keadaan darurat Covid-19 dengan dibuktikan 11 Indonesian National Shipowners’ Association
www.dppinsa.com dppinsa dpp.insa
OPINI INFO INSA The Current State Of Shipping By: James Catlin www.seekingalpha.com Overview As I write, the US has just overtaken China for the most reported cases of Coronavirus. Several US states are on lockdown, and Source: Data Courtesy VesselsValue here in California, we are preparing for an indefinite period of time. Medium-term economic activity will suffer and a short-term global contraction has already hit with potentially long-term Notice that upward slope to the rate floor since the 2018 bottom. consequences for the world at large. This has been most pronounced in the smaller classes, which have less demand elasticity, as opposed to the larger VLCC class. Adding to this is the crude oil price shock which threatens to halt production across the globe for all but the most efficient producers Speaking of the VLCC class, notice the drop in rates during the or state sponsored entities. Coronavirus-induced lockdown in China. This is because approximately 75% of crude imports are carried on VLCCs, However, if there is a bright spot in all of this, it is that certain obviously leading to a disproportionate impact on this class. So it areas of shipping have remained strong, particularly crude was a double whammy for that class with regard to demand tankers, product tankers, and LPG vessels. My top picks for 2020, elasticity and a key customer shutting down. Surprisingly, and by the way. speaking to the overall health of the current market, TCE rates only dipped into the four-digit range for a very brief period during An even brighter spot, for the risk takers among us, might be this time before rebounding. Two years ago negative rates would the massive disconnect between stock prices and the reality have been assured during a situation like this. of ongoing operating revenues for companies participating in these segments. Seasonal fluctuations will likely still apply, with preparations for summer driving season and winter heating season bringing Crude Tankers increased demand and the corresponding expected low points following those preparations. In that respect the market is Let's talk about the current obvious winners and what everyone functioning. wants to discuss - crude tankers. But external shocks have defined the game recently. Tanker First, we had a structurally improving market since the attacks started it all. Sanctions exacerbated the situation. Now, a spring/summer of 2018, which has been largely responsible for sudden oil price shock has led to demand for crude tankers in a raising the rate floor. couple different ways. Geopolitical events such as attacks on tankers, sanctions, crude First, demand for crude will increase as opportunistic stockpiling price wars have kept us bouncing off that floor in dramatic fashion. commences. Below are two-year charts for the three main classes of crude tankers. Source: Clarksons Research This relationship leads to greater demand for crude tankers thereby raising rates, evidenced by the chart above. The greater the price shock, the larger the corresponding move. This one will likely therefore be significant. Second is the impact of crude contango on crude tanker demand as land storage becomes scarce. For more on this, we turn to an excellent interview with VIE member AdventuresInCapitalism who updates his followers here. That pseudonym belongs to Harris Kupperman, CIO and president of Praetorian Capital. The link below will take you to his must watch interview regarding the current state of crude tankers. 16 Indonesian National Shipowners’ Association
OPINI INFO INSA Here he describes the dynamics of the oil markets, what contango is and why it will impact crude tankers, and how the markets will respond over the medium to long run. Expected Stages After watching that video, we can now discuss the first part in our forecast for crude tankers. The near term will likely be supported through storage demand either through opportunistic stockpiling on land or through profitable contango trades utilizing floating storage. On to part two or the transitional phase. Yes, demand destruction is a real thing now. But after this indefinite lockdown, we will see trade normalization with regard to crude demand which will provide support for a market as the contango trade fades and land-based storage is filled. Rates could get choppy here, but the floor should hold. Finally, our third stage will see complete global normalization being met with the structural realities of the crude tanker market. In short, as things get back to normal, and the inelastic nature of crude demand which is linked to economic activity begins to return to normal as well, the still improving supply/demand balance which is projected through 2022 should continue to lead to a tighter market. This continues to favor that upward sloping rate floor with higher seasonal rates and more pronounced positive reactions to external shocks while insulating against negative ones. Side Notes Some speculate there might even be a bit of pent-up demand unleashed furthering the market at this point, but I do not subscribe to that notion. As I no longer hold a V-shaped recovery is likely, any pent-up demand will likely be met with a slow return to normal in several areas which are crude input intensive (airlines, cruise ships, car travel to holiday, etc.). So pent up Source: Data Courtesy of VesselsValue - Chart by VIE demand may exist, but it will only mitigate, not negate, this impact from this slow return. So, yes, I am taking seemingly bearish Estimates for 2020 will likely be revised downward with regard to pieces of the puzzle into consideration here. delivered vessels as construction delays in Chinese shipyards were reported throughout the country. However, it appears S. Others may wonder about SA overwhelming the market with crude Korean and Japanese yards fared much better. What could help and how that will impact cargo miles. Yes, it will impact the mitigate high degrees of slippage though is a recent set of market. But what will also impact the market is the US/China cancellations for scrubber retrofits as owners take advantage of Phase 1 trade deal, which is not forgotten by any means. In fact, it this high charter rate environment. Many of these retrofits were to should start kicking into gear right about now. take place in China. I maintain that crude will be a major part of meeting the base With 2019's high deliveries behind them, the VLCC class has an energy purchase criteria (an additional $52 billion over two years) exceptionally promising orderbook at just 8%. Long build times for and therefore the US to China long-haul crude trade which stalled vessels provide a great deal of forward visibility, and given the during the trade war will reignite just as SA displaces other US lack of contracting lately, we can almost assume a favorable setup long-haul routes. They will offset but to what degree I am through 2022. uncertain, as that will have much to do on how much the US can maintain output given these low prices. In fact, lack of contracting is an understatement. Update on Friday March 27 from Clarksons - VLCC tanker Serifos (Ex: Bright Harmony) 309,774 DWT Tanker Built 2009 (In Service) - Reported voyage charter by BP from USG to CHINA with a CRUDE cargo of 270,000t at 15,500,000 USD on 26 March 2020. The first of hopefully many. Supply Outlook As supply-side movements have had the most pronounced impact on tanker fortunes historically, it's good to review just how thin these current orderbooks are and the lack of newbuilds being contracted. Source: VAE 17 Indonesian National Shipowners’ Association
OPINI INFO INSA Orders, especially for the capital intensive VLCC class, have fallen A couple quick notes: During the last oil price crash product off a cliff in Q1. This could be for a variety of reasons, too many to tankers saw 2015 cargo mile demand grow by 7.4% over the list actually, which is why this might not be an anomaly. Obviously, previous year. During the great recession, product tankers the more orders remain subdued now the greater the potential of a were the only segment to maintain (even grow) cargo mile bull market down the road. demand on an annual basis. In summary: The short-term bull market will find support in storage Short-term bumps will be seen as the US and Latin America and contango, medium a return to normalization where a brace for the Coronavirus shutdown, leading to demand structurally improving tanker market should provide for a upward destruction in those regions. That weakness could be hidden sloping charter rate floor which could be tested, and finally a full by this storage effort and contango play. return to normal where the VLCC market should see very acceptable rates without the aid of external shocks. Finally, the A structurally improving environment since the spring/summer possibility for continued low newbuild orders paving the way for a of 2018 will again provide for an upward sloping rate floor. supply driven bull run a couple years out. The supply outlook remains favorable and newbuild contracts My Strategy: Actively Nibbling. have been kept in check. Product Tankers In short, the approximate 2% net fleet growth I forecast for 2020 will likely be dwarfed by cargo mile demand gains well My last public report was on product tankers, so let's not dwell too above that leading to a tighter market. much here. My Strategy: Actively Nibbling. Much like their crude tanker cousins, product tankers will be seeing some increased activity from this low crude price Container Shipping environment. Product storage will increase as long as production surpasses consumption and/or margins remain acceptable. One of the hardest hit segments - but at the onset of the crisis thought to be the one segment with the largest chance of a Beyond that, opportunities for contango exist here as well with my snap back rally due to pent-up consumer demand. eyes on jet fuel which has lately seen a widening between the front and back months. However, that notion of pent-up demand existed only with the security of employment. So, about those acceptable margins - Both gasoline and jet fuel margins have plunged to their lowest levels in more than a That has now gone out the window with mass layoffs and no decade. real idea as to when many of these millions will find new jobs. If anything the situation for container shipping just became worse over the medium to long run as consumers across the globe as a whole will have less to spend as their confidence slides. Consumer confidence is just now responding to the current situation, but nowhere near 2008 levels. Given the economic impact we are set to endure, it will get worse and they will hunker down further. This isn't to say container shipping is a complete avoid. No, just be realistic about why rates will likely pull back among classes that have witnessed relatively smooth sailing as of late. Further be realistic in this bifurcated market about why I will slap an even bigger avoid on larger vessels as their niche trade lane will be decimated. First, let's get that out of the way for any Euro or Asia focused investors wondering about who has the biggest presence in these troubled classes. Source: CME Gasoline crack spreads were already in freefall for six weeks before SA and Russia rocked the market. Negative crack spreads mean that refineries are operating at a loss, signaling to refiners to start cutting gasoline and jet fuel output. Of course, all this plays into longer-term availability of these products and therefore the contango play. So, ideally, while the product glut and therefore storage potential are curbed, the contango play begins to gain momentum to fill the void. Source: VesselsValue 18 Indonesian National Shipowners’ Association
OPINI INFO INSA ULCVs are almost exclusively utilized on the Asia to Europe route. In my humble estimation Europe appears to be in a less-than-ideal position to recover from this shock in a timely manner. The already anemic growth on this trade lane will slow down further over the medium to long run leading to an even greater than projected supply/demand imbalance, prolonging the bear market for these vessels. One thing over the past few years providing a lifeline to the ULCV class was forced cascading of smaller vessels as they were pushed out. But the limit to that was reached mid-2019. We know that because up till that point cargo mile demand for ULCVs was growing faster than the trade lane they occupied, indicating they were gaining at others' expense. But that stopped. Then came this next trend showing ULCV vessels "Not Underway" growing at a Total Container Trade - Source: VesselsValue fast clip. We are already down 6.27% in cargo miles YTD compared to last year. Remember, the beginning of last year saw tariffs impacting trade making it a low bar with which to start. With developed consumer economies now being the focus of the lockdown, the resulting demand destruction ripple will make its way through the supply chain. The structural fallout, unemployment and such will ensure this will be a long and drawn-out process as the labor market (along with other macro movers) often takes weeks or even months to adjust to major moves. My Strategy: Avoid larger containers. Waiting on common for mid to smaller container focused companies to possibly pick up the pieces. But well-covered, double-digit yields in preferred Source: VesselsValue offerings are tempting. Compare that to their smaller mid-sized counterparts, the Post- Dry Bulk Panamax class. We already had a bearish outlook heading into this year, but the economic shock brought on by the global lockdown will seal that deal for 2020. First off, soaring finished and semi-finished steel inventories held by Chinese steelmakers, which tripled on the year and S&P Global Platts estimates could hit 100 million mt by end March, are set to put the market under immense pressure in April and May. It will be a Herculean task for end-user demand in April or even May to recover to the 2019 average and reduce steel inventories. Government stimulus packages, no matter how strong, are only workable when people can work and move in large numbers, which is impossible while the coronavirus pandemic continues to Source: VesselsValue spur lockdowns across the world. Notice the Post-Panamax class is not seeing nearly as much Hopes for stimuli out of China are high, but as Platts notes, idling and fleet growth has been relatively flat since 2016. "China has pledged to boost 'new infrastructure' in 2020 to cushion the economic slowdown, but 5G, big data, artificial The structural fallout is upon the ULCV class with no cascading intelligence, new energy vehicle charging piles and intercity rail and too young a fleet to hope for retirements just as demand is set transit will consume far less steel than traditional infrastructure to slow further. projects like airports, highways and railways." However, the medium to smaller classes which can trade across a In short, Chinese seaborne iron ore demand will continue to face variety or routes and have a much better supply side outlook are challenges and year end totals will likely continue to tumble away far better insulated for this sort of situation. from their peak. But make no mistake, containers are going to take a hit here and it Natural gas prices have tumbled making the gas to coal switch has started. Even as factories in China come back to life, it could an easy target for authorities wanting to take action with regard be several weeks before cargo numbers pick up. Meantime, the to social improvement without increasing the economic burden of widespread movement restrictions across the U.S. are likely to the working class. reduce orders for goods manufactured in Asia, extending the slowdown in cargo traffic. 19 Indonesian National Shipowners’ Association
OPINI INFO INSA This combination will likely see both coking and thermal coal So what is this doing to cargo miles? Well, though rates might volumes take a hit. not show it, we have been posting massive gains. Remember, in 2019 we had the Vale dam collapse which altered trade flows in Q1 much to the downside. YTD we now find ourselves down 7.5% from those dismal 2019 levels in terms of capesize cargo mile demand. This comes as the capesize class was expected to register 6.4% fleet growth. Perhaps the only area to watch will be the mid-sized dry bulk vessels to see how Phase 1 is really playing out with regard to the US corn and soy harvest in October and November. My Strategy: Avoid LNG LNG has been hit hard. First, another warmer-than-average winter in Asia has reduced demand for natural gas in this key demand epicenter. This elastic demand side component always presents a wildcard. Source: Special Thanks To VesselsValue!!! Second, industry and manufacturing are the other large users of The completed columns at the top show Q1 percentage gains in natural gas in that region. With the latest shutdown of those cargo miles over previous years for large LNG vessels (with economies demand was again hit. minor projections for 2020). On the left is Q1 2019 and on the right is Q1 2020. Metrics include the trailing 12 months, year to Yes, this sounds horribly bad, but the fact is rates are holding up date, quarter to date, and month to date. exceptionally well through all this. The bottom right shows the supply demand picture and the blue line represents cargo miles which continues to grow in a healthy fashion in spite of all this market turmoil. After explaining it, I think the charts speak for themselves. What happens when the market returns to normal? "We're seeing more sell tenders these days due to a combination of factors like coronavirus and DQT, but this also means that when demand rebounds, buyers will return to the market to seek spot cargoes," a Singapore-based LNG trader told Reuters. What could increasing SA oil production do to US LNG? Again, long-term contracts dominate the landscape here so not too much. Source: Clarksons The biggest fear here might be the low natural gas prices The week of March 22 produced rates on average of $53,500 presenting a headwind for FIDs which can impact forward which shockingly is above last year's point of comparison (week supply much further out. But we'll worry about that in five years. of March 24) of $48,500. LNG newbuild programs are largely concentrated outside of So, the reason behind this is long and complicated, but I will do China, so there will be minimal slippage here compared to other my best to sum it up. A vast majority of LNG cargoes are locked segments as a result of the Covid-19 outbreak. With only four in due to long-term contracts. Believe me, if buyers could cancel newbuilds hitting the water so far in 2020, April is a big month these contracts right now many of them absolutely would, but with 9 deliveries expected. This should give some indication as they can't. So as these contracts are fulfilled we're seeing to how deliveries are progressing for these more complicated downward pressure on prices, original buyers reselling cargoes, vessels. sellers offloading any excess cargoes in the spot market as a result of force majeure declarations or DQT (downward quantity But with gross fleet additions totaling 6.4% for 2020 and cargo tolerance) contract clauses, and even opportunistic purchases. demand gains like those above a case can still be made for LNG rates not only holding their ground but also potentially Need proof of those purchases at a time like progressing toward the end of 2020, especially if we get some this? Reuters reported on March 27: help from Mother Nature. “Total LNG deliveries to Europe are expected to reach nearly 11 It's been tough to remain positive on LNG shipping especially as million metric tons, a 14% hike from the previous record set in short-term shocks/anomalies batter a multi-year forecast. But I December, according to IHS Markit, which said the supply push maintain that if (yes I said if) things return to the status quo we comes as gas demand is collapsing at double digit rates” will see a structurally improved market compared to just 2017 or 2018. 20 Indonesian National Shipowners’ Association
OPINI INFO INSA This would mean a normal winter, US/China trade, and a normalization of natural gas stockpiles (hopefully the end result of a normal to cold winter). My Strategy: Excellent opportunities in preferred stocks. LPG A welcome headline came on March 25 from Reuters: China to resume U.S. LPG imports as Beijing waives trade- war tariff: sources Source: Data Courtesy VesselsValue - Chart by Value Investor's Edge With the exemptions, U.S. LPG is subject only to a 1% import duty, same as rival supplies from the Middle East. Here we can see for the first time that while China has maintained the cargo quantity imported, cargo miles have This represents a massive shift which could bring US to China actually dropped. This indicates that those replacements are long hauls back into the fray just as SA production increases and coming from a shorter distance away. low prices threatened US LPG export economics. This shift occurred quite rapidly, highlighting just how fast a Here I want to revisit a section from a VIE exclusive piece on the major market change can take place along with the US/China LPG trade from October 2, 2019. corresponding impact on their respective shipping segments. Below shows the top five destinations in terms of VLGC cargo quantity. Source: Data Courtesy VesselsValue - Chart by Value Investor's Edge Let's put this into some context in terms of the VLGC trade. Source: Data Courtesy VesselsValue - Chart by Value Investor's Edge Over the same period cited in the charts above (January 1- September 26) in 2017, the China to US trade accounted for Japan has long been projected for flat demand growth. S. Korea, nearly 8% of global VLGC cargo miles and over 4% of total Indonesia, and India have all shown impressive gains keeping cargo volumes. demand side volume growth healthy. So, who has stepped in to fill the void? But notice that China's demand grew relatively little from 2017 to 2018, with very small improvements projected in 2019. This Side note: The below chart not only shows the decline out of the comes in stark contrast to years past. US, but also models the impact from decreasing Iranian VLGC cargoes. This was quite a lot for the market to handle. Source: ShipBrief Obviously, this stagnant growth is due to the loss of a key LPG supplier. China has been scrambling to replace the large Source: Data Courtesy VesselsValue - Chart by Value Investor's Edge volumes previously imported by the US, and has been successful, though growth has suffered. As predicted in the 2018 report, the Middle East and Australia were prime candidates for US LPG substitution. Australia But as China shifts suppliers, how does this impact shipping? stepped up with a quadrupling of cargo volumes from 2017 to A better representation for shipping demand comes in the form of 2019. cargo miles. 21 Indonesian National Shipowners’ Association
You can also read