Antusiasme para Kepala Sekolah dalam Principal Networking Dinner 2019 - VOL. 6 -MAR 2019 | ID VER SION - Indonesian Diaspora Network Western Australia
←
→
Page content transcription
If your browser does not render page correctly, please read the page content below
VOL. 6 -MA R 201 9 | ID VER SI ON Antusiasme para Kepala Sekolah dalam Principal Networking Dinner 2019
2 Contents 2 Hello & Welcome 4 Audiensi Tim IDN-WA dengan Ibu Dewi Tobing Konsul Jenderal Republik Indonesia di Perth 7 Antusiasme para Kepala Sekolah dalam Principal Networking Dinner 2019 12 Tanda Elipsis 14 Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus 18 KJRI Perth Activity 23 Lights to Flag Leeds 25 Petinju Indonesia kembali bertanding di Perth 27 IDN WA Activity 28 Informasi Tempat Ibadah 31 From hate love blooms Hello & Welcome Salam Diaspora, Mediaspora edisi Maret kali ini membahas beberapa aktifitas dari Diaspora Indonesia. Kami selalu mengingatkan untuk mempermudah proses administrasi di harapkan semua masyarakat indonesia yang tinggal di luar negeri untuk lapor diri online di peduliwni.kemlu.go.id Bagi masyarakat Indonesia di Australia yang mempunyai berita atau artikel yang menarik untuk di publikasikan oleh Mediaspora dapat langsung mengirimkan foto dan artikel ke mediasporaau@gmail.com Tim Mediaspora Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
4 Audiensi Tim IDN-WA dengan Ibu Dewi Tobing Konsul Jenderal Republik Indonesia di Perth Setelah terpilih sebagai Ketua Indonesian Diaspora Network Western Australia pada Juli 2018, Bapak Haris Kumar sebagai Ketua IDN WA yang baru bergerak cepat untuk membentuk tim IDN WA. Pada tanggal tim dari IDN WA bertemu dengan Ibu Dewi Tobing selaku Konsul Jenderal Republik Indonesia di Perth. Audiensi kali ini untuk melaporkan perkembangan dan aktifitas apa saja yang telah di lakukan oleh IDN WA untuk para Diaspora Indonesia di Western Australia maupun masyarakat yang ada di Indonesia. Ibu Dewi berharap dengan adanya Indonesian Diaspora Network Western Australia yang aktif dapat membantu masyarakat di Indonesia maupun di Western Australia. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
6 Antusiasme para Kepala Sekolah dalam Principal Networking Dinner 2019 Pada hari Jumat 8 Maret 2019, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Perth (KJRI Perth) untuk pertama kalinya mengadakan Principal Networking Dinner yang dihadiri oleh para kepala sekolah dan perwakilan dari 21 sekolah negeri di WA. Acara ini adalah bentuk apresiasi kepada sekolah-sekolah yang memilih Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing yang diajarkan di sekolah masing-masing. KJRI Perth mengundang Karen Bailey Ketua Balai Bahasa Indonesia Perth (BBIP), Presiden Indonesia Institute Ross Taylor dan Brendon Cook yang merupakan ketua Westralia Indonesian Language Teachers Association (WILTA). Acara dibuka dengan tarian Gading Alit dari Jawa Timur yang dibawakan Tifani Cecilia, salah satu asisten bahasa Indonesia dari Language Teacher Assistant Program 2019. Sambutan Ibu Dewi Gustina Tobing sebagai Konsul Jenderal KJRI Perth menjadi pembuka acara Principal Networking Dinner 2019. Dalam sambutannya, disampaikan peningkatan tajam pada tingkat sekolah dasar yang mengajarkan bahasa Indonesia pada tahun 2018 di Australia Barat. Pada kesempatan ini Ibu Konjen mengucapkan penghargaan kepada Pemerintah Australia Barat atas kebijakannya yang mewajibkan sekolah untuk mengajarkan bahasa asing. Dalam kaitan ini, Ibu Konjen menyampaikan terima kasih kepada para Kepala Sekolah yang telah memilih bahasa Indonesia di sekolahnya serta dukungan para guru untuk pengajaran ini. Bahasa Indonesia dapat berperan dalam mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia.Michelle Ostberg dari Department of Education WA menyampaikan antara lain tentang program Bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa asing yang merupakan program wajib untuk dipelajari. Sejak 2016, disebutkan oleh Mrs Ostberg mengenai peningkatan terhadap bahasa Indonesia yang dari tahun ke tahun, dan dengan peningkatan tajam di tahun 2018, jumlah murid di sekolah dasar negeri di Australia Barat saat ini sebanyak lebih dari 27.000 orang. Program Bahasa Indonesia yang sampai saat ini dijalankan (terkini) yaitu Program Ketawa diharapkan dapat dijalankan dengan baik, dan dapat mengembangkan pengetahuan murid-murid terhadap Bahasa Indonesia. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
7 Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi oleh Omar Harris sebagai Konsul Informasi, Sosial dan Budaya mengenai berbagai kegiatan KJRI Perth yang dapat mendukung pengajaran bahasa Indoensia di sekolah. Disampaikan antara lain acara Kreasi Indonesia 2019 yang akan diadakan bulan Oktober nanti dan kegiatan workshop budaya dalam kerangka school excursion dan incursion. Acara ini juga diisi pemaparan dari Karen Bailey dan Brendon Cook mengenai hubungan Indonesia dan Australia serta perkembangan dan tantangan program Bahasa Indonesia yg dijalani sampai saat ini. Tidak hanya itu, Ross Taylor juga menyoroti bagaimana hubungan dagang Indonesia dan Australia dapat terjalin dengan baik melalui Bahasa Indonesia, yang kini berkembang signifikan. Para kepala sekolah dan guru yang hadir tampak antusias selama acara makan malam. Andrew Fraser, salah satu kepala sekolah yang hadir menyampaikan tanggapan positif dan menyampaikan “senang dan bermanfaat” terhadap acara ini sehingga diskusi dan informasi yang disampaikan semakin memperkuat kehadiran bahasa Indonesia di Australia Barat. Kepala sekolah yang lain juga menyampaikan penghargaan serupa dan berharap semakin banyak kerjasama antara sekolah di Australia Barat dengan sekolah di Indonesia. Sumber: KJRI Perth Australian Premium Food Pty Ltd Unit 1/4 Capel Court, Bentley WA 6102 Western Australia PH: (08) 9258 9988 Fax: (08) 9258 9955 Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
8 Tanda Elipsis Tahukah Anda apa yang dimaksud dengan tanda elipsis? Banyak tulisan di berbagai media, baik cetak maupun elektronik apalagi media sosial yang masih kurang tepat dalam menggunakan tanda elipsis (élipsis). Tanda baca macam apa itu? Tanda elipsis (bahasa Yunani: ἔλλειψις, élleipsis, “penghilangan”) adalah tanda baca yang biasanya menandai penghilangan sengaja suatu kata atau frasa dari teks aslinya. ... Simbol untuk tanda elipsis adalah rangkaian tiga tanda titik (...) atau suatu glif yang berupa tiga bintik (…). Dalam PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) disebutkan: Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: 1. Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. 2. ..., lain lubuk lain ikannya. 3. Hmm … sebenarnya aku sudah memberikan buku itu padanya kemarin malam. 4. Sudahlah … toh kita tidak merugi! 5. Entahlah … aku tak bisa memberitahumu. 6. Bukankah orang itu … anggap saja kita tidak melihatnya. 7. Baiklah … kita akan bicara lagi besok siang. 8. Pagi … belum ada yang datang ? 9. Aduh … kenapa lama sekali? Catatan Penting (1) Tanda elipsis itu harus didahului dan diikuti dengan spasi. (2) Jika tanda elipsis digunakan pada akhir kalimat, jumlah titik-titik tersebut adalah empat. Tiga titik pertama merupakan tanda elipsis dan satu titik terakhir merupakan tanda titik untuk mengakhiri kalimat tersebut. Contoh penggunaan tanda elipsis di akhir kalimat: 1. Mereka akhirnya hidup bahagia selama-lamanya …. 2. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah .... 3. Jangan lupa membalas smsku ya …. 4. Apalagi yang kalian ributkan, pusing …. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
9 Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog. Misalnya: 1. “Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?” 2. “Jadi, kesimpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat.” Dari sumber Wikipedia, tanda elipsis dapat menunjukkan jeda pada pembicaraan, pikiran yang belum selesai, atau, pada akhir kalimat, penurunan volume menuju kesenyapan (aposiopesis). Tanda ini lebih sering dijumpai dalam kalimat langsung untuk menciptakan percakapan lebih hidup. Tanda elipsis membuat pembaca lebih mudah meresapi keadaan yang sedang terjadi dalam percakapan tersebut. Contoh: “Ayooo … kita serang mereka!” teriak komandan pasukan. Kalimat di atas menggambarkan sebuah pertarungan yang panas. Tanda elipsis di situ memberikan efek jeda yang menambah kesan semangat. “Tapi … sudahlah, tak apa,” katanya lirih. Kalimat ini menyatakan sebuah penyesalan. Ada kesan “sedang berpikir” begitu kata “tapi” dilafalkan. Namun, kesan ini akan diperjelas oleh bagian kalimat lanjutannya, “sudahlah” yang memberi kesan “berpikir karena penyesalan” “Hmm … selanjutnya kita ke mana?” wajah mereka bertatapan. Kalimat tersebut mendeskripsikan sebuah kebingungan. Ada kesan “sedang berpikir” setelah mengucapkan kata “hmm” yang memberi kesan “berpikir karena kebingungan”. Ada tiga bentuk kesalahan penggunaan tanda elipsis yang paling sering dilakukan. 1. Jumlah tanda titik kurang atau lebih dari standar baku yaitu tiga titik. 2. Penulisan tanda elipsis di tengah kalimat tidak diapit dengan spasi. 3. Format penggunaan tanda elipsis di akhir kalimat kurang dari empat titik. Sumber: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Republik Indonesia. https://www.bahasakita.com/puebi/pemakaian-tanda-baca/tanda-elipsis/ https://id.wikipedia.org/wiki/Tanda_elipsis https://dosenbahasa.com/pengertian-tanda-elipsis-dan-contohnya https://rokimabdul.wordpress.com/2014/04/07/kaidah-pemakaian-tanda-elipsis/ Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
10 Pimpinan IDN-Global dan IDN-United Gelar Pertemuan Perdana Jakarta, 16 Maret 2019 – Pimpinan Indonesian Diaspora Network-United (IDN-U) dan Indonesian Diaspsora Network-Global (IDN-G) bertemu pada hari Jumat (15/3) di Jakarta. Pertemuan perdana antara kedua pimpinan eksekutif kedua organisasi tersebut diwakili oleh Presiden Mark Gerald Eman, Yenni Thamrin, dan Yurdi Yasmi dari IDN-Global, sedangkan dari IDN-United diwakili oleh Presiden Herry Utomo. Turut hadir Presiden Indonesian Diaspora Foundation Ida Utomo dan mantan Direktur Eksekutif IDN-United Hamdan Hamedan. Pertemuan yang berlangsung selama hampir tiga jam itu berjalan lancar, bersahabat, dan menghasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut: 1. Kedua organisasi mempertegas kembali peran strategis diaspora Indonesia dalam kemajuan Indonesia 2. Sebagai organisasi yang independen, IDN-United dan IDN-Global senantiasa membuka diri dan siap bermitra dengan pemerintah dan pihak lainnya guna mengupayakan kemajuan dan pembangunan Indonesia 3. IDN-Global dan IDN-United sepakat untuk menjajaki kemungkinan mempersatukan kembali kedua organisasi dan penyelenggaraan Kongres/Konferensi bersama 4. Proses penjajakan akan dilakukan dengan prinsip kesetaraan, kebijaksanaan, dan kehati-hatian sehingga dapat tercipta roadmap yang tepat. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
11 Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
12 IDN WA Activity Today Indonesian Diaspora Network Western Australia, represented by the vice president, Mr. Aaron Harun and I, visited wesley College to see first hand the process of learning Indonesian by Indonesian language teacher Laura Wimsett accompanied by an Indonesian language assistant teacher Mr. Emir Faisal. Wesley College runs an innovative language program with students learning Indonesian through a range of collaborative activities. On the day we visited, Year 9s had been learning soccer skills with ex-Persib Bandung player Robbie Gaspar, and Year 10s were cooking perkedel in the state-of-the-art Wesley Languages Centre Editor & Photo by Lilly Silap Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
13 Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
14 Partai politik mana yang paling populer di jagad maya Indonesia? Hadrian Geri Djajadikerta, Ella S. Prihatini dan Muhammad Sigit Andhi Rahman Setengah dari 260 juta penduduk Indonesia kini terhubung dengan internet, dan rata-rata menghabiskan hampir 9 jam per hari online. Penelitian bersama Google-Temasek memperkirakan bahwa Indonesia akan memiliki 215 juta pengguna internet pada tahun 2020, menjadikannya peringkat keempat pemakai internet terbanyak di dunia. Meski ratusan juta orang di Indonesia menghabiskan banyak waktu di internet, hanya sedikit yang diketahui tentang pemanfaatan internet oleh partai-partai politik di Indonesia untuk berhubungan langsung dengan pemilih dan menyebarkan pesan-pesan politik mereka melalui kampanye virtual. Sementara itu, dalam beberapa tahun terakhir makin jelas terlihat bagaimana partai-partai politik di negara- negara lain, misalnya di Amerika Serikat dan Inggris, memanfaatkan media sosial dan menggencarkan pemasaran politik secara digital dalam pemilu. Apakah partai-partai di Indonesia sudah memaksimalkan potensi media sosial untuk mendulang pemilih untuk menang pemilu? Dan adakah korelasi antara jumlah kursi di parlemen serta usia partai terhadap popularitas mereka di internet? Popularitas partai di media sosial Untuk menjawab pertanyaan di atas, kami meneliti penggunaan internet oleh 16 partai politik peserta pemilu 2019. Kami mengamati akun-akun media sosial yang didaftar oleh partai ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai akun resmi mereka untuk periode kampanye jelang Pemilu 2019. Masa observasi riset kami berlangsung sepanjang 23 September 2018 hingga 4 Desember 2018. Kami menemukan bahwa semua partai, kecuali Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyebarluaskan materi kampanye mereka kepada publik. Namun, pemanfaatan dan kinerja platform media sosial partai ternyata beragam tingkatannya. Mayoritas partai menggunakan empat platform: Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube. Lima partai tidak memiliki akun di YouTube. Rata-rata partai politik di Indonesia telah menggunakan Facebook selama 4 tahun, Twitter selama 5 tahun, dan Instagram selama 2 tahun. Temuan ini menunjukkan bahwa Twitter adalah platform media sosial yang paling mapan yang digunakan oleh partai. Bahkan ada lima partai yang telah menggunakan Twitter selama lebih dari enam tahun. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
15 Boxplot usia partai dan pemanfaatan media sosial. Perhitungan penulis, Author provided Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) adalah partai dengan akun Facebook paling tua. Bergabung dengan situs jejaring sosial ini sejak 2008, dua tahun sejak Facebook terbuka untuk siapa pun di atas 13 tahun yang memiliki alamat email. Sementara itu, Partai Amanat Nasional (PAN) telah bergabung dengan Facebook selama 8 tahun terakhir, diikuti oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang akunnya telah terdaftar sejak 7 tahun lalu. Namun, menarik untuk dicatat bahwa meski menjadi tiga partai politik Indonesia pertama yang membuat akun Facebook, popularitas PDI-P (sekitar 1,5 juta follower), PAN (187.000), dan PKS (615.000) di Facebook jauh lebih rendah daripada Gerindra dengan sekitar 3,6 juta follower dan Partai Solidaritas Indonesia dengan sekitar 2,9 juta follower. Usia partai dan popularitas online. Penulis, Author provided Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
16 Studi kami juga menemukan bahwa usia partai tidak menentukan popularitas partai di dunia maya. Gerindra yang didirikan hanya 10 tahun yang lalu telah menjadi partai yang paling populer di semua media sosial, kecuali YouTube. Partai yang lebih tua seperti Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) jauh tertinggal dalam mengumpulkan dukungan online. Akun Golkar di Twitter yang dilaporkan kepada KPU sebagai akun resmi media sosial partai selama kampanye 2019, sebagai contoh, ada empat; @2DPP-Golkar, @fraksigolkar, @GoJo2019, dan @GolkarBalitbang. Akun @2DPP-Golkar tidak dapat ditemukan, sementara @fraksigolkar memiliki 10.200-an pengikut. Selanjutnya @GoJo2019, yang merupakan akun Relawan Golkar Jokowi, hanya memiliki 200-an followers. Dan @ GolkarBalitbang diikuti oleh 881 akun di Twitter. Kondisi serupa terjadi di kubu PPP. Di jagad Twitter, partai ini mengusung 2 akun; @DPP_PPP dengan 38.100- an pengikut, dan @sahabatgusrommy yang hanya memiliki 1.140 followers. Demikian pula, PDI-P sebagai pemenang dalam pemilu 1999 dan 2014, popularitasnya di media sosial jauh di belakang partai yang lebih muda. Transisi digital Partai politik di Indonesia tampaknya masih meraba-raba dalam penggunaan media digital sebagai alat untuk menyebarkan informasi. Para pengurus partai memiliki prioritas yang berbeda-beda terkait peningkatan popularitas virtual mereka. Beberapa partai menganggap popularitas di Facebook atau Twitter tidak terlalu penting. Atau, mereka belum benar-benar memahami strategi berkampanye di media sosial. Partai Demokrat adalah salah satu partai yang lemah dalam strategi berkampanye di internet. Partai ini menggunakan “kode” baru yang berasal dari nomor urut partai untuk Pemilu 2019: 14. Kode yang mereka gunakan adalah “S14P” (dibaca: “siap”) dan mereka membuat akun-akun media sosial yang sama sekali baru dengan menggunakan kode ini. Sepertinya manajer media sosial Partai Demokrat ingin kode ini menunjukkan pada warganet bahwa Demokrat siap untuk memenangkan pesta demokrasi 2019. Menariknya, partai ini menjalankan akun resmi lain di Twitter sejak 2011 (@PDemokrat) dengan sekitar 88.500 pengikut dan 10.600 tweets. Sementara, semua akun media sosial yang mereka daftarkan ke KPU menggunakan kode “S14P” dan hanya memiliki segelintir pengikut. Kami menilai keputusan untuk mendaftarkan akun media sosial yang sama sekali baru adalah kurang tepat. Ini menunjukkan elit Demokrat tidak memperhatikan dengan saksama strategi membangun isu dan menjaring pemilih via internet. Untuk mempertahankan keterlibatan publik dan untuk meningkatkan loyalitas mereka kepada partai, akun media sosial harus selalu konsisten sehingga jumlah pengikut atau likes dapat terus tumbuh. Salah strategi ini ternyata tidak unik di Demokrat saja. Partai-partai lain, seperti Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), mendaftarkan banyak akun baru di media sosial kepada KPU sebagai media sosial resmi mereka untuk pemilu 2019 daripada mempertahankan akun yang lebih mapan dan lebih populer. Kursi di parlemen Setelah memantau popularitas partai-partai politik di media sosial, kami kemudian memeriksa apakah ada hubungan antara kursi partai di parlemen hasil Pemilu 2014 dan popularitas mereka di media sosial. Kami menggunakan paket corrplot yang tersedia di aplikasi perangkat lunak RStudio untuk memvisualisasikan matriks korelasi antara kursi partai dan usia akun media sosial mereka. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
17 Matriks korelasi. Penulis, Author provided Gambar di atas menunjukkan bahwa kursi partai hanya memiliki korelasi kuat dan positif (0,67) dengan usia akun Facebook. Kami menyimpulkan ada korelasi antara usia akun medsos dengan jumlah kursi di parlemen hasil pemilu 2014. Semakin tua umur akun Facebook sebuah partai, sebagai contoh, kecenderungannya adalah partai tersebut memiliki kursi yang semakin banyak di parlemen. Sementara, usia partai memiliki korelasi yang lemah dan negatif dengan popularitas di Facebook / F_L (-0,22) dan YouTube / Y_S (-0,21). Kami berkesimpulan partai yang lebih tua kurang populer di Facebook dan YouTube dibandingkan dengan partai yang lebih muda. Hal penting lain dari temuan kami adalah bahwa popularitas partai di berbagai platform media sosial memiliki korelasi yang kuat dan positif. Jumlah likes di Facebook sejalan dengan volume pengikut Instagram / I_F (0,80). Hal yang sama berlaku dengan jumlah pelanggan YouTube dan pengikut Twitter, dengan skor 0,75. Menariknya, usia akun Facebook milik partai dan jumlah likes memiliki skor korelasi yang lebih lemah (0,44) dibandingkan dengan usia akun Instagram / I_A dan pengikut Instagram (0,76) atau di YouTube (0,7) dan Twitter (0,67). Dengan demikian, riset ini menyimpulkan pola popularitas partai di internet berbeda-beda tergantung pada jenis media sosial. Facebook tampaknya memiliki kecepatan yang lebih rendah dibandingkan dengan platform media sosial lainnya dalam hal mendulang minat atau dukungan publik. Prediksi hasil pemilu Riset tentang penggunaan media sosial oleh partai politik di Indonesia masih akan terus berkembang, mengikuti kian bergeliatnya pemanfaatan jalur ini sebagai wahana berkampanye dan mendulang dukungan. Dengan volume pengguna internet yang terus meningkat, sangat besar peluang bagi partai dan politikus Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
18 untuk menggunakan akun-akun sosial mereka demi menguatkan profil politik. Namun, di sisi lain, sebagaimana riset kami menunjukkan, untuk saat ini mayoritas partai di Indonesia belum memanfaatkan internet sebagai medium berkampanye dan merebut dukungan massa. Dan popularitas di jagad maya belum secara akurat diterjemahkan sebagai tingkat kesuksesan elektoral. Dengan kata lain, kami menemukan bahwa media sosial di Indonesia–baik oleh partai, politikus, dan pemilih– belum terlalu signifikan digunakan sebagai wadah aktivisme politik (political activism). Itu sebabnya, keriuhan di media sosial belum benar-benar bisa menjadi tolak ukur keberhasilan partai menggiring isu dan mendulang dukungan suara di pemilu. Interaksi di media sosial di Indonesia belum bisa digunakan untuk memprediksi hasil kontestasi politik, baik itu legislatif maupun eksekutif. Authors Ella S. Prihatini Endeavour scholar and PhD candidate, University of Western Australia Hadrian Geri Djajadikerta Associate Dean Research, School of Business and Law, Edith Cowan University Muhammad Sigit Andhi Rahman Lecturer in International Relations, President University Artikel ini sebelumnya telah dipublikasikan di The Conversation (https://theconversation.com/partai-politik-mana- yang-paling-populer-di-jagad-maya-indonesia-111991) Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
19 HOUSE OF BANYUWANGI BATIK • Hotel Santika Banyuwangi • El Royale Hotel Banyuwangi Cp : 082228694081 / 081232967900 Batiktheusing.com Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
20 Pelabuhan Sibolga pernah berjaya sebagai salah satu simpul perdagangan di Sumatra. Kapal-kapal Eropa hilir-mudik ke pelabuhan itu. Kejayaan inilah yang ingin kita bangkitkan kembali. Selama tiga tahun, Pelabuhan Sibolga di Sumatra Utara ditata dan dikembangkan, dan sekarang sudah selesai. Hari Minggu 17 Maret lalu, saya datang ke sana dan takjub: Pelabuhan Sibolga kini telah memiliki fasilitas yang jauh lebih baik. Tidak heran, desain pelabuhan di Sibolga ini memenangi penghargaan desain pelabuhan terbaik di Asia Pasifik! Pelabuhan Sibolga telah dilengkapi dermaga multiguna sepanjang 153 meter dan memiliki tambatan 405 meter yang bisa disandari empat kapal sekaligus. Terminal penumpangnya dulu hanya 80 orang, sekarang bisa menampung 500 orang. Semoga Pelabuhan Sibolga kembali menjadi pusat lalu-lintas logistik barang dan jasa, dan menggerakkan roda perekonomian Sibolga dan kawasan sekitar. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
21 Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
22 Petinju Indonesia kembali bertanding di Perth Dua petinju asal Indonesia kembali bertanding di Perth. Setelah beberapa bulan sebelumnya 4 petinju telah bertanding di Perth. Kali ini Heri dan .. bertanding melawan 2 petinju asal Australia. Ada yang berbeda di pertandingan kali ini karena Diaspora Indonesia datang untuk mendukung dua petinju asal Indonesia ini. Sebelum pertandingan para petinju di berikan pengarahan oleh Bapak Yonas yang telah lama berkecimpung di dunia tinju Australia. Berikut informasi dari dua petinju Indonesia yang datang untuk bertanding : Heri Andriyanto Purworejo 20 September 1986 Bertinju sejak Usia 13 Tahun. Menjadi petinju karena hobby dan mau mengubah hidup keluarga untuk menjadi lebih baik. Latar belakang dari keluarga sederhana di Purworejo Jawa Tengah. Mulai bertinju amatir mulai tahun 2000-2004 dan menjuarai beberapa kejuaraan. Sudah bertanding kurang lebih 40 kali dari beberapa event kejuaran tinju di Indonesia. Tahun 2004 masuk tinju profesional dan sempat menjadi Juara Nasional tahun 2009 yang di pertahankan selama 5 tahun di kelas lighweight baik dari Beberapa komisi tinju di Indonesia seperti KTI (Komisi tinju Indonesia) KTPI (Komisi Tinju Profesional Indonesia) ATI (Asosiasi Tinju Indonesia) dan FTI (Federasi Tinju Indonesia). Walaupun telah melepas gelar yang sudah di raih Heri masih berlatih sampe sekarang. Rekor bertanding Profesional 25 Menang (11ko) 28 Kalah 2seri. Selain sebagai atlet tinju Heri berkerja sebagai pegawai Honor di Dinas Dindikpora (Dinas Pendidikan pemuda dan olah raga) di Kab.Kulonprogo Yogyakarta dan juga menjadi seorang Pelatih Profesional kebugaran dan mencetak atlet-atlet Tinju sebagai penerus prestasi Indonesia. Nama Sasana : Herry Academy Boxing Camp, Yogyakarta, Indonesia Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
23 Thomas Tupeng Lembata NTT, 7 april 1986 Pendidikan S1.FISIP UNWIRA KUPANG Jurusan Ilmu Pemerintahan Pekerjaan: PNS pada Pemda Kabupaten Lembata Jabatan: Kepala Seksi Pemerintahan Desa pada Kantor Camat Lebatukan Kabupaten Lembata. Sudah Berkeluarga meiliki Seorang Istri bernama Maria Goreti Somi Ruing. Latihan hanya memiliki fasilitas seadanya. Nama Sasana: Citra Lembata Boxing Camp NTT, Sponsor: Pemuda Katolik Lembata NTT Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
24 Informasi Tempat Ibadah GEREJA Perth Indonesian Church Indonesian Family Church Bahasa Indonesia & Sekolah Minggu Bahasa Indonesia Minggu Pagi - 11:00 Minggu Pagi - 10.00 Alamat Gereja: Alamat Gereja: 1798 Albany Hwy, Kenwick 3/45 Murray St, Perth, WA www.perthindonesianchurch.com www.indonesianfamily.church GKI Perth Indonesian Evangelical Baptism Church Bahasa Indonesia & Sekolah Minggu Bahasa Indonesia Minggu Pagi - 10.00 Minggu Sore - 16.00 Alamat Gereja: Alamat Gereja: 2A Willis Street, Mosman Park Cnr. Waverley Rd. & Doherty Rd. Coolbellup www.gkiperth.org.au oikumene@yahoo.com Indonesian Catholic Community of Perth Misa berbahasa Indonesia Minggu Sore - 17.00 Jumat 1 dalam bulan - 19.00 Alamat Gereja: Pater Noster Catholic Church, 460 Marmion str. – Myaree www.iccperth.org.au MASJID VIHARA Masjid Turki Fo Guang Shan Buddhist Temple WA 239 Welshpool Rd, Queens Park WA 6107 280 Guildford Rd, Maylands WA 6051 (08) 9371 0048 Masjid Al Rahman 54 Mills Rd W, Gosnells WA 6110 Sri Lanka Buddhist Vihara 78 Austin Ave, Kenwick WA 6107 Masjid Ibrahim Perth (08) 9493 0040 1526 Leslie St, Southern River WA 6110 ANDA MEMPUNYAI DOKUMENTASI MASYARAKAT DIASPORA YANG INGIN DI PUBLIKASIKAN KIRIMKAN FOTO DAN NARASI KE idnwa.org/get-involved atau ke mediasporaau@gmail.com Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
25 644 Beaufort st,MT LAWLEY - 0892289318 366 ALBANY HWY,VICTORIA PARK - 0893612421 1244,MARMION AVE CURRAMBIEN. WA.6028 Or for make your booking contact with us 0410400053 Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
+62 812-3726-9788
27 body, especially the warmer parts. Spray or apply • Do not get too close (< 5 m) to macaques or feed generous amounts of insect repellent onto places them. Macaques carry viruses known to be fatal to where there is little ventilation such as armpits, humans. underneath your sock, belt lining, and crotch. • When viewing tarsiers, do not get too close to • Do not wear sandals and shorts; the mosquitoes the tree (no more than 5 m from the tree), crowd and thorny plants will gleefully attack you. around the tree (no more than 5 people around the tree), nor shine torches/flashlights at the animals Bring along your logistics such as: (they have sensitive eyes which can be damaged by powerful light). Ask for your tour guide to provide a • A pair of binoculars red or yellow colored cellophane cover for your torch/ • Rain jacket flashlight). • A large bottle of water • Do not enter designated research areas (i.e. • Snacks (such as fruit or candy bars) research station Pos 3 and areas indicated either by • Notebook and pen for note taking flagging tapes or posted signs). • Stick to the trails and do not go trotting off by Rules & cautions: yourself, even with your guide close by. Even though venomous snakes are rare at Tangkoko, you don’t • Do not enter the reserve unless accompanied by want to be the one people use as an example of an official guide. Once you have paid your admission the ‘tourist who got bitten by a viper and had to get fee, the ticket guard will call a guide for you. medi-evaced out’. • Do not throw trash in the forest. Please try to pack • If you swim near the coral reefs, do not touch or out what you packed in. Not only is it unsightly, but stand on the corals. also rubbish left by people presents a health hazard for animals. source: https://wikitravel.org/en/Tangkoko_National_ Park • Do not attempt to rouse an animal by throwing objects or making noises at it. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
28 contributions or donations to established, legitimate, reputable tarsier conservation efforts, to help maintain reserves. Do your homework so that your money is well spent The Don’ts of Tarsier Tourism, Tangkoko Nature Reserve, phone number (431) 853265, [2]. 1) Do not haggle with the guide for a discounted guiding fee, sneak into the park without paying etc. 2) Do not talk loudly when viewing tarsiers especially during day time when they are supposed to be sleeping and even at night because they are busy hunting for food. 3) Do not use a flash if closer than 2 m, See and do not shine strong lights directly in their eyes for extended periods. 4) Do not throw garbage on The tarsiers are the top attraction, but they don’t the ground, this includes cigarette butts 5) Do not come down from the trees until dusk; so you need touch or hold tarsiers unless you are a professional your dive lights for the hour walk out of the woods. with a permit to do so, and never disturb sleeping tarsiers. Take pictures of them as they are. 6) Do Do not be disrespectful to wildlife and local cultural The Do’s of Tarsier Tourism, Tangkoko Nature Reserve. values. For example, do not take pictures or videos of Tarsier tourism as it exists now basically takes two tarsiers while they are mating and then post them on forms: tracking wild tarsiers (mostly in Tangkoko, Youtube and label the video “Bohol Scandal!” 7) Do North Sulawesi, Indonesia), and viewing captive and not disturb lactating mothers and their babies. Avoid semi-captive tarsiers (mostly on Bohol, Philippines). these when captive and semi-captive, and double The do’s and don’ts are similar for both, with some your distance for wild tarsiers that are nursing. slight variation for captive versus wild tarsiers. This means keeping 4 m back and not blocking the The Do’s: 1) Do pay the all the listed fees: guiding progress of a mother and infant. A “parked” infant fee, park entrance fee, etc. 2) Do view wild tarsiers can be viewed and photographed at normal distance, between dusk and dawn, not during the day. 3) Do 2 m, but should NEVER be touched. 8) Do not feed view tarsiers in small groups, 4-5 persons including wild tarsiers, even as a means of getting a better guide, and do not exceed the maximum number of photograph unless you are a professional who has tourists per guide. 4) Do maintain a safe distance especially arranged for a permit to do so. 9) Do not from tarsiers, 1 m for captive tarsiers, 2 m for wild ask your guide to violate the rules and guidelines tarsiers 5) Do take the time to read information in exchange for a large tip 10) There are NO legal brochures or posters in the reserve or visitor center sources of tarsier pets anywhere in the world; NEVER about tarsier biology to better appreciate tarsiers 6) take one as a pet! Report to the proper authorities if Do respect the environment they live in by making you are offered a tarsier for sale. sure we don’t litter and trample on plants. Stay on Stay safe the foot trail at all times 7) Do require that your guide respects all of the rules and guidelines. 8) Before you set out on your walk, be well prepared! Do take lots of beautiful pictures of tarsiers, keep wonderful memories of your time spent with tarsiers, • Wear comfortable shoes and tell the rest of the world how beautiful and • Bring along some insect repellent. Tangkoko is valuable these wonderful animals are! 9) After your brimming with microscopic mites called ‘gonone’ visit, think about tarsier conservation, and do make which love to squirm past your clothes and onto your Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
29 Cagar Alam Gunung Tangkoko Batuangus Located at the foot of Dua Saudara Mountain, the area is comprised of rolling hills and valleys with a Threatened mammals include the Celebes crested variety of hardwood trees and unusual plant life. The macaque, of which about 5,500 remain on the island, animal life is also quite varied, and one can often the Sulawesi bear cuscus and Sulawesi dwarf cuscus. view Tarsius tarsier(world’s smallest primate), black tailless monkeys, Maleo Birds, wild pigs and cuscus Climate (marsupial family). Tangkoko Batuangus Reserve offers a suitable protective environment to help There are two climatic zones in North Sulawesi prevent these animals from becoming extinct. Please based on the ratio between dry and wet periods. The note that visitors are recommended to visit with a eastern part of North Sulawesi has ten to twelve local tour operators to ensure an enjoyable journey months of wet months and less than two dry months, and to take advantage of an experienced guide who while the western part shows more seasonality with can assist in spotting the wildlife. Losmen (simple seven to nine consecutive wet months and three guesthouses) are available for overnight stays. or less consecutive dry months. Rainfall is higher between November and May when the winds are History from the north. During this period, monthly rainfall averages 314 mm. The period from May to November The first conservation area at Mount Tongkoko has is characterized by hot and dry conditions as a result been established in 1919. To this the Duasaudara of southeasterly monsoon winds. Temperatures area has been added in 1978, and the Batuangus and often reach as high as 35 C and rainfall is low with a Batuputih areas in 1981, together encompassing a monthly rainfall of 72 mm. total of 8,718 hectares. Visitation is only allowed in the Batuputih area. Get in Flora and fauna Tangkoko is located in the northern sector of Bitung, and takes about 1 - 2 hours to reach from Bitung or Tangkoko Nature Reserve protects at least 127 Manado, respectively. The park is actually closer to mammal, 233 bird and 104 reptile and amphibian the KBR resort, so if you’re on both sides of North species. Of these 79 mammal, 103 bird and 29 reptile Sulawesi visit from the Bitung area rather than from and amphibian species are endemic to the island. Manado Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
30 Champion Bay Senior High School at Geraldton facilitated Indonesian cultural workshops provided by KJRI Perth. Students from Y7-10 from the high school participated in the dance and puppet workshop. They were enthusiastic in trying the dance moves and playing the paper and wooden puppets. Teacher Tiana Barnard helped organizing the workshops. Consul General Ibu Dewi and team visited Bluff Point PS. KJRI Perth were invited by Principal Mrs Sem Bellve to attend Malay Wedding held by the school as part of their Harmony Day celebration. Beautiful mock wedding, delicious food and warm reception really made the day a great one! Bluff Point PS is one of 15 schools in Geraldton, WA teaching Indonesian language. In Geraldton, The Consul General had a meeting with Midwest Development Commission, MW Chambers of Commerce and Industry as well as Mayor of Geraldton to discuss potential economic cooperation between Indonesia and Midwest region. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
31 Consul General Ibu Dewi was invited by Perth USAsia Centre and UWA Public Policy Institute to speak about the upcoming presidential election. She shared with the audience how KJRI Perth and overseas election committee in WA are preparing the event. Currently there are around 9000 registered voters across WA. Election will be held on 13 April. Two other speakers were Prof Hadrian Djajadikerta from ECU and Mrs Ella Prihatini, a PhD student from UWA. Several aspects were discussed i.e. women and youth participation, the role of mainstream and social media, etc. Consul General Dewi Tobing have received Mr. Chris Barnes, Australian Consul General in Surabaya, accompanied by Ms. Kate O’Shaugnessy, Deputy Director WA State office DFAT, have met to consolidate efforts to fully utilize Indonesia - Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement. Both Consul Generals have identified the strength and opportunities need to be futher explore in bringing mutual benefits for East Java and Western Australia in particular (Perth, 13/3/2019) Touched down Geraldton, WA and straight away to cultural workshop for Indonesian langauage teachers. KJRI Perth team led by Consul General Ibu Dewi gave traditional dance, puppet and costume workshops for the teachers. Through these workshops, we hope they can get inspiration on how making learning Indonesian language become more fun and attractive for their students. 15 out of 20 schools in Geraldton, WA are currently teach Indonesian language. #inidiplomasi #bahasa #indonesia Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
32 The Consul General encourage the students to be active and enjoy the time spent in Australia while studying. PPIA WA organised numerous events ranging from seminars, sports events, as well as music and cultural festivals. On the occasion, the Indonesian Consulate General in Perth also facilitate online self-report service (lapor diri online) for the new PPIA WA members, through “Portal Peduli WNI”. Indonesian Muslim community in Perth visited Ibu Dewi to discuss the plan for Ramadhan and Eid which has always been supported by KJRI Perth. Prior to Ramadhan, they will have Islamic competition and festival at the Consulate’s office. Consul General is attending the Breakfast Meeting event organised by DFAT WA which features Chris Barnes, the Consul General of Australia in Surabaya. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
33 KJRI Perth Activity (01/03/2019) Ms. Dewi Tobing, Consul General of the Republic of Indonesia in Perth facilitated the visit from the Special Autonomy Bureau of the Papua Province. The Bureau discussed about the progress of Indonesian students from Papua in Western Australia and high hopes that they will contribute to develop the province once they finish their studies. The Consul General along with Western Australian leading travel agents and travel writers were invited to experience the A330-300 Airbus of Garuda Indonesia Plane. On Nyepi’s day, no flights permitted to fly to Bali and the Airbus which was taxing in Perth has given us a good opportunity to feel its warmth and spacious of Garuda Indonesia aircraft (7/3/2019). Consul General Ibu Dewi Tobing attended an assembly held by Singleton Primary School to bid farewell to students from SD Insan Amanah, Malang, East Java. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
KAGU RA Authentic Japanese Cuisine Jalan Pantai Mengiat, Kawasan ITDC LOT RA7 - Nusa Dua - Bali +62 859 3424 2778
35 45% Bisnis mempunyai websitenya sendiri 20.000 Jam manusia berinteraksi dengan smartphone dan komputer $800 Transaksi tiap detik di ebay 80% memilih menggunakan google daripada yellow pages 0438 233 538 hello@wiseowlcreative.com Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
36 this was my first start in a BRM car. It’s a little bit Another eight lap race will take place on Saturday different to how they setup the clutch compared to at the Formula 1 Rolex Australian Grand Prix from what I’ve been used to in the past. To get a cracker 11:50am AEDT. start and go from third to second was really good.” Provisional Race One Results CAMS Rising Star Lochie Hughes was pleased to Formula 1 Rolex Australian Grand Prix claim a podium placing in third, with last year’s top 1. Luis Leeds rookie aspiring for outright glory this season. 2. Ryan Suhle +0.1412 3. Lochie Hughes +1.0029 “Third is a good way to start the year,” Hughes said. 4. Jackson Burton +1.4030 5. Jayden Ojeda +1.5301 “All in all it was a good race to bank points for the 6. Antonio Astuti +2.2260 championship. We have good pace, we’re happy for 7. Taylor Cockerton +4.1821 the rest of the weekend.” 8. Josh Smith +4.3166 9. Tommy Smith +5.3879 AGI Sport’s Jackson Burton was the best Formula 4 10. Ryan Yardley +6.3654 debutant in fourth place, ahead of teammate and 11. Matt Holmes +8.8275 2018 Champion Ojeda. 12. Dylan Thomas +10.2201 “It’s an amazing result for my first race. I didn’t 13. Emerson Harvey +30.1355 expect to do that well off the start, but I rocketed 14. Brenton Griguol +30.9654 off the line and sent it into turn one,” Burton said. 15. Aaron Zerefos +34.9913 DNF. Heath Collinson “I’m excited to go out and do it all over again in race DNF. Jackson Walls two tomorrow.” DNF. Christian Lester Source : http://www.formula4.com.au Antonio Astuti, Taylor Cockerton, Josh Smith, Tommy Smith and Ryan Yardley rounded out the remaining top ten points paying positions. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
37 Lights to Flag Leeds AGI Sport’s Luis Leeds has converted pole position The chequered flag appeared as he crossed the start- into a race win in the opening race of the 2019 CAMS finish line, much to the relief for Leeds to win by 0.14 PAYCE Australian Formula 4 Championship at Albert seconds. Park. “Incredible. I’ve had so much pressure building up to Leeds had a lightning start off the line, though fellow this race. It’s been a lot of hard work from the people front-row starter Jayden Ojeda lost massively at who have been supporting me,” Leeds said. the start dropping from second to seventh in four corners. “To get the start I did and pull away, I wasn’t happy to see the safety car boards come out. I’m glad I On the approach to turn three, Jackson Walls out- was able to get a good restart and had a great car braked himself into the gravel trap. Soon after, Heath underneath me to come away with the win.” Collinson and Christian Lester connected wheels and joined Walls in the gravel trap. Suhle was the top Team BRM driver in second place, in what was his race debut with Team BRM for 2019. After a three-lap safety car interruption, there was a fast four-lap dash in the 20 minute time certain race. “It was a short race for us because we had the safety Leader Leeds shifted too high a gear through the fast car, everyone’s arms were hurting after that – it’s a Turn 11-12 complex and had the Team BRM duo of long lap,” Suhle said. Ryan Suhle and Lochie Hughes chasing his tail. “I really enjoyed it. I think to get a good start too, Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
38 Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
39 Welcoming BBQ in Western Australia On the 9th of March 2019, PPIA WA as well as their branches held an annual welcoming BBQ to greet all those new students that has arrived in Perth as well as the one that is currently studying in Perth, the event started with a welcome message that is given by our current consul general Ibu Dewi Tobing. She gave us a few advices of living abroad as well as information regarding the consulate general of Indonesia. The support that she has given affect all of the new students because it makes them feel like they are taken care of. The event then continued with another welcoming message from our head of PPIA WA which is Alma, followed up by an ice breaking game which helped the students to get to know each other better. The game that we played was an arranging game where all the team members has to know each other and arrange themselves according to the categories. After the game ended, Alma head of PPIA WA ask to those who are first year students as well as the students that are new in Perth to step forward and introduce themselves, thus concluding the event. The students then started to head to the barbeque station to get some food and beverage that has been prepared by the committee member, people are starting to break from their group and started to meet new people because they have known each other better. During this period, the committee members started to introduce the different events that PPIA held this year. Most students gain interest towards joining these events and approaches the committee members asking to sign up. Joy and laughter are starting to be filled in the air by people as more friendly faces are being seen and new faces are starting to be recognised. The event was a massive success because it was originally planned to be ended at 7 but people are started to get home at 8 because they enjoyed their time talking with their new friends as well as exchanging their details. For many years this event has helped Indonesian students to gain new friends and also help them to feel like they belong in a community, not only that but it also helped students to step out of their comfort zone and actually be a part of something new. -PPIA WA’s Team- Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
40 Yoboy, Yahim, Yobeh and Ifar Besar. The regency administration also estimated that the flooding destroyed around 350 houses, 100 shophouses and two bridges. Vehicles are seen immersed in mud after flooding in Sentani, Jayapura, Papua on Sunday. (Antara/ Gusti Tanati) BNPB spokesperson, Sutopo Purwo Nugroho, said the flood had carried away several houses. He said he had seen nine houses being washed away. Amateur videos and photos verified by BNPB show that the flood also carried away large trees and even a light aircraft. The airplane belonging to Cendrawasih Air that was parked in a hangar in Doyo Baru. It was dragged several meters. A BNPB helicopter was also dragged several meters from its position by the flood. The government has yet to estimate the total material losses caused by the disaster. Residents examine their wrecked homes after flooding in Sentani, Jayapura, Papua on Sunday. Some 50 people are believed to have lost their lives in the deluge. (Antara/Gusti Tanati) Indonesian Environmental Forum (Walhi) Papua head, Aiesh Rumbekwan, pointed to “massive” deforestation in a nearby mountainous area, known as the Cyclops, coupled with a large volume of water in Lake Sentani as contributory causes to the disaster. “We can see this from the branches and trees that are floating. Those are not trees that have tumbled down in the rain, rather they are trees that have been cut down,” Aiesh said. He said some parts of the mountain had been turned into residential areas. The deforestation in the mountain area, Aiesh went on, had reduced the number of springs that usually flowed into Lake Sentani. He suspected that the overflowing of the lake occurred because of reclamation coupled with the dumping of garbage. Meanwhile, resident Yance Wenda said that the recent flooding was “more frightening” than a similar deluge in 2007 as his house was inundated within a mere six hours. “[The flood] brought down large rocks from the mountain. The torrent sounded like huge [ocean] waves,” said Yance, who has moved to a nearby church following the flood. (mai/evi) (source:thejakartapost.com) Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
41 Jayapura flash flood kills 50 people, evacuees in ‘urgent’ need of help As of Sunday afternoon, at least 50 people were reported killed and 273 families had been left homeless following a flash flood in Jayapura regency, Papua. The flash flood occurred after heavy downpours in the area from Saturday afternoon to the early hours of Sunday. Jayapura Regent Matius Awoitauw told The Jakarta Post on Sunday that the survivors were in “urgent need” of emergency aid such as food and medication and facilities for burying the dead. Currently, 200 people are taking refuge at his residence while 1,400 others are sheltering in nearby schools. Dead bodies are being taken to hospitals in the region for identification purposes. He added that the regional government was working with the National Police and the Indonesian Military to record and evacuate any other residents from the area while building public facilities for evacuees. The Cendrawasih Military Command has set up a public kitchen that distributed 5,000 meals on Sunday at lunchtime. According to the National Disaster Mitigation Agency (BNPB), the flooding mostly struck the Sentani Kota district, affecting Sentani Kota, Hinekombe and Dobonsolo subdistricts and five villages, Kampung Sereh, Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
42 This speech is written and read by Saara Abdulkadir, Year 11, Pictures: courtesy of Riri Yasmin Australian Islamic College to close the Sunday gathering. Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
43 “From hate love blooms” (a message from Sunday March 23, 2019 gathering at Perth mosque) By: Julie Schenk On Sunday March 23, thousands gathered at the Perth City Mosque, Thornlie mosque, and Masjid Ibrahim to pay their respects to the 50 lives lost in the Christchurch massacre on March 15. The community spirit was strong, random people offered each other water and it was amazing to see so many strangers hugging each other and exchanging kind words, a heart-warming display of love, care and affection. It opened with a prayer, then Australian Indigenous dancers from the Corroboree for Life performed a traditional dance with a didgeridoo then the haka was performed by members of Haka for Life. “The message for today is from Hate Love blooms.” said Shameema Kolia. The 50 victims name were read followed by a minute silence. The Australian Indigenous dancers from Corroboree for Life. Picture: Julie Schenk Haka performed by Haka for Life Members. Pictures: Julie Schenk Mediaspora - Indonesian Diaspora Bulletin
VOL. 6 - MAR 201 9 | E N VER SI ON From Hate Love Blooms
You can also read